“Mbak… Buruan ambilin mangkok, bisa gak sih… cepetan dikit nyuci piringnya, lambat banget kamu kerjanya…” Masih banyak kata-kata kasar serta tidak santun yang kerap kali tidak kita sadari, atau bahkan dengan kesadaran penuh kita lontarkan. Tujuannya: untuk menyakiti pramuwisma atau asisten rumah tangga (ART) kita.
Ketika kita berbicara tentang perlindungan Gereja terhadap para Tenaga Kerja Wanita, kita sering lupa, bahwa kita semua adalah Gereja dan para TKW itu ada yang sungguh dekat dengan kita: para ART yang setia melayani kita di rumah.
Banyak contoh yang sering kita lihat dan dengar melalui televisi atau media lainnya mengenai penyiksaan terhadap ART yang kerap kali dilakukan oleh Sang Majikan, di luar batas kemanusiaan.
Namun tak sedikit majikan yang memperlakukan mereka bagaikan saudara, teman, anak, partner, dll karena menyadari, bahwa sebenarnya mereka saling tergantung satu dan lainnya. Satu di antara mereka adalah Ibu Nanik Herawati yang memiliki ART bernama Mbak Samini (35 tahun). Suatu siang kami menyambangi tempat kediaman Bu Nanik untuk menjumpai Mbak Samini…
Mbak Mini panggilan akrabnya, berasal dari Gombong, sudah bekerja sejak usia 17 tahun (1996). Sempat istirahat saat melahirkan anaknya, ia kembali bekerja hingga awal tahun ini. Ia keluar karena ingin berusaha sendiri. Walaupun demikian, ia tetap saja kerap diminta tolong oleh keluarga ini, hingga saat ini, 19 tahun sudah dijalaninya.
Ibu dari satu anak ini mengungkapkan pengalamannya selama bekerja. Kesabaran Sang Majikan yang mau terus dan terus membimbing serta mengarahkan Mbak Mini, adalah salah satu kuncinya.
Cara seperti apa yang dilakukan oleh Bu Nanik terhadap Mbak Mini sehingga hubungan kerja mereka tetap baik? (Jadikanlah ini sebagai contoh/tips dan pegangan kita)…
- Jadikanlah mereka sebagai partner kerja kita dalam mengurus pekerjaan rumah tangga, bahkan anggaplah sebagai keluarga sendiri.
- Komunikasi mempunyai peranan yang amat penting. Komunikasi yang efektif, sopan, dan akrab dapat memperlancar harapan dari kedua belah pihak.
- Perlakukan mereka dengan hati, maka mereka pun akan mengerjakannya dengan sepenuh hati.
- Toleransi, salah satunya adalah toleransi beragama. Berikan mereka waktu untuk berdoa dan menjalankan ibadahnya. Termasuk juga “mentolerir” kesalahan yang dibuatnya. Mereka kan manusia juga…
Masih banyak hal baik yang dapat kita lakukan untuk saling menghormati, menghargai, dan menyayangi mereka, sehingga hidup kita pun dapat berarti bagi orang lain. Contoh: dengan membuat mereka mempunyai kehidupan dan masa depan yang lebih baik. Tentunya semua sesuai dengan yang diajarkan oleh Tuhan kita untuk saling mencintai satu dengan yang lain. (Ike Mayka/St. Odilia)