Setelah mengenal lebih dekat ke-5 orang Uskup di Keuskupan Bandung, kita akan mencoba untuk mengenal juga busana yang dikenakannya. Pernak-pernik busana itu akan dibahas di edisi berikutnya.
Menurut Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) 335: “Gereja adalah Tubuh Kristus. Dalam Tubuh itu tidak semua anggota menjalankan tugas yang sama. Dalam perayaan Ekaristi, tugas yang berbeda-beda itu dinyatakan lewat busana liturgis yang berbeda-beda. Jadi, busana itu hendaknya menandakan tugas khusus masing-masing pelayan. Di samping itu, busana liturgis juga menambah keindahan perayaan liturgis.” Prinsip busana pasca Konsili Vatikan II adalah keagungan dalam kesederhanaan (noble simplicity, nobili simplicitate).
Menurut aturan Vatikan, ada 3 macam busana Uskup: busana liturgis, resmi, dan busana sehari-hari. Menggunakan busana apa pun, tentunya cincin Uskup tak pernah ketinggalan.
- Busana Liturgis (Choir Dress – Habitus Choralis)
Ialah busana yang dikenakan Uskup saat upacara-upacara liturgi termasuk di antaranya Misa, Ibadat Harian, dan berbagai kesempatan memberikan sakramen, di dalam dan di luar wilayah keuskupannya. - Busana Resmi, digunakan untuk acara resmi – non liturgis.
3. Busana Sehari-hari.
Jika ditabelkan, berikut pernak-perniknya …
*) Di daerah tropis, jubah dan paliola warna hitam dengan aksen merah ini sering diganti dengan putih atau krem muda dengan aksen merah. Ini praktik yang kita temui di Indonesia. Catatan: menurut tradisi gereja Katolik, jubah warna hitam polos adalah untuk imam, ungu untuk uskup, merah untuk kardinal, dan putih untuk paus. (Red. Dikutip dari blog tradisi Katolik)