Ibarat kapal yang diterjang badai di lautan, dunia modern saat ini diguncang badai kemerosotan nilai-nilai moral. Kemerosotan yang melanda pelbagai aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam kehidupan Gereja yang di dalamnya menyangkut banyak aspek pula. Bahaya ini juga mengancam keluarga-keluarga, termasuk keluarga-keluarga Katolik.
Sebenarnya, +/- 30 tahun yang lalu, Gereja Katolik, melalui Anjuran Apostolik – Familiaris Consortio (tentang Peranan keluarga Kristiani dalam dunia modern), telah memberikan arahan agar keluarga-keluarga Katolik dapat bertahan terhadap ancaman kemerosotan moral, dengan menjadikannya sarana untuk menguduskan para anggotanya. Dengan demikian keluarga dapat bertahan terhadap badai kehidupan dunia ini, yang cenderung merendahkan tujuan perkawinan dan keluarga.
Sayangnya, seruan Familiaris Consortio kurang terdengar atau kurang didengarkan, sehingga banyak pasangan suami istri memasuki hidup perkawinan tanpa memahami makna perkawinan yang sesungguhnya. Inilah sebabnya ada banyak perkawinan Katolik yang gagal, atau kandas di tengah jalan. Sudah saatnya kita mendengarkan seruan Familiaris Consortio, sehingga keluarga dapat dibangun di atas dasar yang kuat, yaitu atas dasar cinta kasih seturut kehendak Tuhan.
Kita mungkin sudah terbiasa mendengar lirik lagu-lagu roman anak muda yang mengatakan, “Manusia diciptakan untuk cinta.” Tetapi menjadi luar biasa ketika kita mendengar pernyataan yang serupa, diajarkan oleh seorang Paus. Tahu apa Paus tentang cinta, wong dia sendiri tidak menikah? demikian mungkin ada orang bertanya-tanya. Tetapi jika kita sudah membaca Familiaris Consortio, maka kita akan tertunduk kagum dan mengakui kedalaman maksud pengajaran Bapa Paus itu. Sebab cinta yang dimaksudkannya di sini bukan cinta picisan yang sifatnya sementara, ataupun cinta roman yang dapat berubah-ubah sesuai perasaan hati. Cinta di sini maksudnya adalah cinta sejati, seperti yang dicontohkan oleh Allah sendiri, melalui Yesus Kristus Putera-Nya kepada kita manusia.
Fenomena di atas itulah yang sebenarnya menimbulkan banyak permasalahan dalam keluarga Katolik di zaman kiwari. Tema bulletin bulan ini mencoba mengangkat tema yang cukup menggambarkan permasalahan yang konkret ada yaitu mengenai anak-anak yang tidak dikehendaki kelahirannya. Sebuah tema yang menggambarkan dengan sangat jelas bahwa keluarga Katolik mengalami banyak penurunan makna kedalaman dalam melihat kehidupan kiwari. Maka, Gereja mencoba berperan untuk selalu mengingatkan dengan pelbagai surat-surat dari Paus untuk kembali merefleksikan cinta dalam keluarga Katolik; salah satunya melalui Anjuran Apostolik Familiaris Consortio.
Sebenarnya tidak hanya itu saja. Sebagai murid Kristus, kita kembali diminta untuk ambil peranan dalam mewujudkan hal tersebut. Salah satu contoh kongkret yang bisa diusahakan ialah bagaimana mewujudkan cinta Kristus dalam keluarga yang dianugerahkan kepada kita semua. Bagaimanapun juga keluarga merupakan sekolah dasar iman bagi kita semua. Maka, tidak heran dasar dalam keluarga inilah yang akan menjadi dasar seorang pribadi terlibat aktif dalam kehidupan kongkret dalam masyarakat. Semoga tema bulan ini semakin menyadarkan kita semua akan peran penting keluarga. Tuhan memberkati (Pastor Gandhi)