Aku dilahirkan di Klaten, 7 September 1973, sebagai anak keempat dari empat bersaudara. “Anak Bonus” bagi pasangan Bapak Yosef Maria Sriyono dan Ibu Cicilia Harsini. Sebagai pegawai negeri hanya tiga anak yang mendapat tunjangan pemerintah, tetapi Tuhan menganugerahkan kepada kedua orang tuaku satu anak lagi. Aku diberi nama Leonardus Kabul Nugroho. Leonardus, untuk mengenang Romo Leonardus Oejud Pr, imam diosesan pertama Keuskupan Bandung yang menurut cerita, meninggal waktu aku masih dalam kandungan. Kabul, karena doa Bapak Ibu yang mendambakan seorang anak laki-laki untuk dipersembahan kepada Tuhan terkabul. Nugroho, karena lahir dengan selamat. Akan tetapi, aku tumbuh menjadi seorang anak yang sering sakit, sehingga orang tuaku mengubah namaku menjadi Leonardus Bambang Gatot Subroto, sampai sekarang.
Aku tumbuh dan berkembang dalam keluarga Katolik. Bapak Ibu tekun mengajakku untuk berziarah dan tirakatan di Gua Maria Sriningsih sampai aku kelas 1 SMP. Kegiatan itu terhenti sejak kami bertiga mengalami kecelakaan saat naik motor menuju Sriningsih. Sejak itu kaki bapak mulai kurang kuat. Benih-benih iman inilah yang mengajakku untuk mengayun langkah menjadi seorang Imam. Tahun 1988, aku masuk ke Seminari Menengah Mertoyudan dan tamat pada tahun 1992. Aku kemudian melanjutkan ke Seminari Tinggi Fermentum Keuskupan Bandung.
Setelah menjalani masa pendidikan di S.T. Fermentum, aku mendapat rahmat yang sungguh luar biasa: diperkenankan menerima Tahbisan Imamat pada 10 Mei 2000, di Gereja Hati Kudus Yesus Tasikmalaya. Motto Imamat yang senantiasa bergema dalam hatiku adalah, “Aku percaya akan kasih setia Tuhan”. Aku menyadari bahwa aku adalah manusia yang lemah dan rapuh. Boleh menjadi imam-Nya hanya karena kasih setia Tuhan yang tercurah. Tugas pertamaku sebagai seorang imam adalah menjadi Vikaris Paroki di Paroki Salib Suci Kamuning dan membantu di Sekretariat Kemanusian dan Keadilan Keuskupan Bandung. Tahun 2003 – 2008, aku mendapat perutusan untuk menjadi Pastor Vikaris Paroki di Paroki St. Paulus Bandung. Tahun 2008 – 2010, aku mendapat tugas untuk menjadi Pastor Paroki di Paroki Bunda Maria Cirebon.
Tahun 2010, aku kembali ke Bandung, tinggal di S.T. Fermentum untuk menjalani tugas studi di Fakultas Hukum Unpar. Mulai tahun 2011, dengan tetap menyelesaikan tugas studi, aku berpindah tempat tinggal ke Paroki Maria Fatima Lembang. Tugas studi ini aku selesaikan pada awal tahun 2014. Pertengahan tahun 2014, boleh menikmati sebentar, tinggal di Paroki Melania Keuskupan Bandung.
Awal 2015 menjadi awal tahun penuh rahmat bagiku sebagai seorang Imam. Setelah 14 tahun imamat, Bapak Uskup Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC memberikan kesempatan bagiku untuk menjalani masa “On Going Formation”. Menjadi masa yang indah bagiku, untuk semakin menyadari betapa Tuhan sungguh mencintai dan mengasihi aku. Masa yang indah untuk semakin menemukan jati diri sebagai seorang Imam. Dalam perjalanan hidupku, aku sering kali menganggap segala sesuatu sebagai sebuah kebetulan. Dalam masa ini, aku menyadari bahwa tidak ada yang kebetulan, tetapi semua adalah rencana dan kehendak Tuhan dalam hidupku. Rencana dan kehendak Tuhan itu selalu indah saat disertai dengan iman dan keyakinan. Masa On Going Formation menjadi kesempatan yang luar biasa, karena Tuhan sendiri berkarya dalam hidupku. Tuhan yang lebih dahulu merengkuh dan memanggilku menjadi imam-Nya, selalu menyertai aku dengan berkat dan rahmat-Nya.
Aku menyadari betapa luhurnya menjadi seorang Imam. Lewat Perayaan Ekaristi, seorang Imam menghadirkan Kristus bagi umat-Nya. Lewat Sakramen Tobat seorang Imam menjadi perantara Kristus memberikan rahmat keselamatan bagi umat-Nya. Lewat pelayanan sakramen yang lain seorang Imam hadir untuk menjadi berkat dan rahmat Allah bagi umat-Nya. Hal itulah yang semakin menyadarkanku bahwa, “Kasih setia Tuhan sungguh luar biasa”.
Rahmat dan kasih Allah yang sungguh luar biasa itulah yang menjadi bekalku untuk mengayun langkah menjalani tugas perutusan yang baru: menjadi Pastor Vikaris Paroki di Paroki St. Martinus Bandung. Semoga di Paroki Martinus, aku dapat menjadi Imam yang baik, yang berkenan di hadapan Tuhan dan menjadi berkat dan rahmat bagi umat Paroki St. Martinus, sehingga bersama-sama kita dapat mewujudkan Gereja yang Sehati Sejiwa Berbagi Sukacita. (R.D. L. Bambang G.S)