Sabtu, 27 Juni merupakan Misa terakhir Rm. Bayu di gereja St. Martinus. Umat pun tampak memenuhi gereja. Apakah mereka tahu ya bahwa itu Misa terakhir Robay? Di akhir Misa, Rm. Bayu berpamitan secara resmi. “Ini adalah Misa yang terakhir dalam tugas saya di Martinus,“ begitu katanya. “Iringilah kepergian saya bukan dengan derai tangis atau dengan sorak sorai, tapi dengan doa 3 Salam Maria. Supaya nanti senang hatinya, sehingga mudah mewartakan Injil. Juga supaya apa yang luput dan keliru sehingga melukai hati umat, tidak lagi diperbuat supaya makin pintar sebagai pribadi dan sebagai imam. Apa yang telah diajarkan, kalau ada yang bagus teruskan. Kalau ada yang buruk dan ngga bagus, buang. Kalau ada yang belum jelas, simpan dulu; kalau belum tau silahkan ditanyakan ke Buah Batu. Terima kasih atas persaudaraan, persahabatan, pertengkaran, dan kerukunan yang menyebabkan hidup makin penuh, dewasa, dan beriman. Terima kasih juga untuk makanan yang dengan setia diberikan (sehingga berat badannya naik 2 kg selama di Martinus…)“
Dalam sambutan balasannya, Pak Yanto bertanya, “Apakah Yohanes Istimoer Bayu Ajie dari sisi pribadi adalah seorang yang kelihatannya galak, gampang marah, kadang membuat takut (salah) petugas liturgi?“ Sebagian umat menjawab, “Tidak“. Pertanyaan berlanjut. “Dari sisi seorang Imam, apakah R.D. YIBA pintar dan menarik dalam hal berhomili, sangat menguasai tata cara dan sejarah gereja Katolik, punya kharisma, pembicara yang baik, berkepribadian kuat, dengan sukacita mau membagikan pengetahuannya tentang gereja Katolik?“ “Ya…“ pun membahana dan umat bertepuk tangan menyatakan persetujuannya. Kesimpulannya: Ia adalah seorang Imam yang luar biasa“.
Selanjutnya Pak Yanto mengucapkan terima kasih atas kebersamaan selama 3.5 tahun. Ada rasa kehilangan yang besar, jika dilihat dari animo umat dalam acara Pisah Sambut, Jumat malam itu. Selamat berkarya di Paroki Bubat. Semoga tetap menjadi Imam yang punya kharisma. (Red.)