Hari Minggu Biasa XVI – Minggu, 19 Juli 2015
BcE. Yer. 23: 1-6; Mzm. 23: 1-3a, 3b-4,5,6; Ef. 2: 13-18; Mrk. 6: 30-34
Kata orang tua tempoe doloe, “Cinta itu datang dari mata lalu turun ke hati, bukan dari pandang betis lalu naik ke pipi.” Ada sebagian pula yang mengatakan, “Cinta sejati datangnya dari dalam hati.” Karena datangnya dari hati, maka cinta itu terkadang “membutakan”. Mana jawaban yang paling benar, terserah pilihan kita. Yang jelas, kedua pepatah tersebut coba menyimpulkan bahwa sumber/tempat cinta itu bersemi adalah di dalam “hati”.
Pada hari Minggu ini, bacaan-bacaan Kitab Suci membawa kita dalam permenungan tentang “Hati Allah” sumber cinta. Di dalam bacaan pertama (Yer. 23: 1-6), dikisahkan bagaimana hati Allah begitu sedih melihat kondisi “domba-domba-Nya” yang tercerai-berai. Karenanya Ia berniat untuk mengumpulkan kembali domba-domba-Nya (umat Israel) dalam satu kawanan. Bacaan Injil (Markus 6: 30-34) mengisahkan, betapa hati Yesus tergerak oleh belas kasih karena melihat orang banyak yang mengikuti-Nya seperti domba-domba yang tak bergembala. Karena itu, Ia mengumpulkan, mengajar, dan memberi mereka makanan.
Sebagai pengikut Kristus, sudah seharusnya kita belajar dari Hati Allah dan Hati Yesus yang penuh cinta. Kita belajar untuk peka terhadap situasi dan kondisi kehidupan sesama di sekitar, yang memprihatinkan. Jangan sampai kita menutup mata dan hati terhadap mereka yang sangat membutuhkan bantuan kita. Bersikap masa bodoh terhadap sesama yang menderita, berarti menolak Yesus yang hadir dalam diri mereka. Ingatlah sabda Yesus ini, “Apa yang kamu lakukan untuk salah seorang dari hamba-Ku yang paling hina ini, itu kamu lakukan untuk Aku.” Selamat mempraktekkannya! (Carlos/St. Aloysius Gonzaga)