Apa yang Anda lihat, itulah yang Anda makan! ini adalah salah satu kutipan yang menggambarkan kondisi anak- anak masa kini. Mereka adalah generasi informasi teknologi yang cenderung hobi menonton televisi dan tayangan digital lainnya. Apa hubungannya dengan pola makan?
Para peneliti di institute of Psychology Health and Society University of Liverpool menemukan bahwa anak-anak yang menonton iklan makanan tak sehat, cenderung mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan berkadar gula tinggi. Mereka meneliti preferensi makanan dari 281 anak usia 6- 12 tahun dengan menunjukan episode dari kartun popular dengan didahului lima menit iklan, yang kebanyakan menampilkan makanan ringan dan cepat saji.
Studi ini menemukan bahwa setelah melihat iklan makanan tersebut, anak-anak cenderung memilih makanan tak sehat yang kaya lemak dan karbohidrat. Bahwa anak-anak yang menonton televisi lebih dari 21 jam seminggu, lebih mungkin terpengaruh iklan makanan daripada yang menonton dengan jumlah lebih rendah. Dari penelitian lain diketahui bahwa konsumsi terhadap buah- buahan, sayuran, serta makanan berkalsium tinggi, menurun. Sementara konsumsi goreng-gorengan, junk food, makanan ringan, juga minuman manis berkarbonansi sesuai dengan produk-produk yang diiklankan di televisi, meningkat. Mengapa seperti itu?
Iklan televisi ditayangkan berulang- ulang. Ini menyebabkan preferensi terhadap makanan-makanan yang diiklankan, menguat. Apalagi ditambah dengan iming-iming gimmick yang menarik. Sementara makanan-makanan sehat jarang diiklankan.
Singapura mulai memberlakukan serangkaian aturan baru untuk iklan makanan anak-anak. Perusahaan makanan dan minuman dibatasi untuk mengiklankan makanan tidak sehat bagi anak usia kurang dari 12 tahun. ini disebabkan karena 12 persen anak usia sekolah di Singapura mengalami obesitas. Mulai 1 Januari 2015, produk makanan dan minuman untuk anak usia kurang dari 12 tahun, yang ingin diiklankan harus sesuai dengan standar gizi minimum disebut Common Nutrition Criteria. Sebelum iklan diluncurkan, perusahaan harus memenuhi Nutrition Criteria Compliance Certificate.
Jadi, bagi kita umat Martinus, tindakan seperti apa yang diperlukan untuk mengatasinya? Kita dapat menyediakan makanan sehat saat anak menonton televisi. Dekatkan makanan tersebut dalam jangkauan anak. Juga dengan mengurangi intensitas menonton televisi pada anak. Kita juga dapat mengutip cerita inspiratif untuk mereka dari Kitab Suci, Daniel 1:12-20, menggunakan bahasa yang menarik. Ayat ini khusus menegaskan kalau sayur-sayuran sangatlah sehat, jauh lebih sehat dari makanan raja-raja (tau dong, menu makanan raja itu apa aja, hehehe..). Pantas saja para ahli gizi dan makanan juga sangat merekomendasikan sayur-sayuran dan buah-buahan untuk asupan makanan sehat.
Bukan berarti daging-dagingan tidak sehat. Menjaga kesehatan menurut Romo Frans de Sales SCJ adalah bagian dari iman. Begitu juga dengan Pangan sehat, keluarga pun sehat.
(Paulus W Prananta/ St. Laurensia-Sub Komisi Sosial Budaya Keuskupan Bandung)