Mitra bagi seorang Uskup, makna dan kegunaannya kurang lebih sama dengan mahkota bagi seorang raja. Mitra berbentuk “kopiah tinggi”, terdiri atas dua bagian kembar yang disatukan dengan jahitan pada kedua sisi. Bagian belakang mitra dilengkapi dengan dua pita lebar yang menjuntai ke punggung.
Seturut tradisi dalam Gereja Katolik, ada 3 macam Mitra Uskup:
- Mitra Simplex
ini adalah mitra yang paling sederhana. Terbuat dari kain linen atau sutera putih polos tanpa hiasan apa pun. Biasanya dikenakan saat Uskup berkonselebrasi ataupun saat Misa Arwah. - Mitra Auriphrygiata/Semi Preciosa
Mitra yang terbuat dari kain emas, atau kain sutera putih dengan pita lebar bersulamkan
benang emas atau perak. Mitrajenis ini yang paling banyak dipakai para Uskup di lndonesia. - Mitra Preciosa
Adalah mitra yang indah dan berharga. Seringkali memakai benang emas atau perak,
dilengkapi juga dengan batu permata. Biasanya dikenakan pada hari-hari Minggu dan hari-
hari raya.
Sesuai dengan analogi mahkota seorang raja, Mitra dikenakan Uskup saat ia berhadapan dengan rakyatnya (saat duduk, menyampaikan homili, menyambut, menyapa atau berbicara kepada umat, menyampaikan ajakan untuk berdoa, kecuali bila sesaat sesudahnya ia harus melepasnya [untuk doa-doa tertentu], saat memberikan berkat meriah kepada umat, menerimakan sakramen, saat berjalan dalam prosesi. Uskup tidak mengenakan Mitra saat berhadapan dengan Tuhan (saat berdoa, memimpin doa, atau saat Tuhan hadir dalam rupa Sakramen Mahakudus).
Seturut tradisi, lambang Uskup biasanya ditempatkan di ujung bawah kedua pita besar di bagian belakang mitra. Meskipun cukup banyakjuga yang menempatkan lambang Uskup di bagian depan mitra.
Pileaia/salidea/zucchetto adalah topi bundar dan kecil. Sesuai tradisi, pileola sebenarnya dikenakan oleh semua klerus (kaum tertahbis). Warna Piieola menunjukkan tingkatan posisi pemakainya: Pileola Paus berwarna putih, Kardinal merah, Uskup ungu, dan imam hitam (seturut warna jubah juga kan… Meskipun begitu, jubah putih selalu boleh digunakan Imam, Uskup, dan Kardinal di daerah tropis).
Awalnya, pileola dipakai untuk melindungi kepala rohanlwan dari cuaca dingin. Dikenakan oleh semua klerus yang sudah di-tonsura (dicukur gundul). Terdiri dari 8 panel yang dijahit bersama, dengan untaian tall di bagian atasnya. Pileola ungu senantiasa dikenakan Uskup dalam berbagai acara liturgis, termasuk Misa. Dalam Misa, pileola hanya dilepas sesaat sebelum prefasi dimulai dan dikenakan kembali saat Uskup duduk setelah komuni selesai.
Pada prinsipnya, mitra dipasang dan dilepas oleh dlakon (atau imam) yang berada di sebelah kanan uskup, sementara pileola dipasang dan dilepas oleh diakan (atau imam/sekretaris pribadi uskup) yang berada di sebelah kiri belakangnya. Magister caeremaniarum dapat melaksanakan semua ini, bila dikehendaki. Diakan, imam, atau magister caeremoniarum, menerima/menyerahkan pileola, mitra dan tongkat dari/kepada misdinar yang mengenakan velum.
(Red. Dikutip dari Blog Tradisi Katolik)
