Kata lector berasa dari bahasa Latin: lector, yang berarti pembaca, yang membacakan. Tugas seorang lektor adalah membacakan bacaan- bacaan Kitab Suci (kecuali Injil), membacakan Mazmur Tanggapan (bila dibacakan), dan dapat juga membacakan Doa Umat (Emanuel Marrasudjita. Pr – Buku Liturgi, hal. 243).
Sebagai pembawa bacaan Kitab Suci, tugas lektor dapat dikatakan sebagai “juru bicara Allah” (M.M. Lena Abdi Majalah Liturql Vol.21 thn. 2010,hal. 25). Karena itu, persiapan batin dan berdoa sebelum bertugas adalah suatu keharusan bagi seorang lektor, agar dapat mewartakan Sabda Tahan kepada umat beriman dengan baik.
Sikap amat ketika Sabda Allah diwartakan (bacaan Kitab Suci oleh lektor dan bacaan Injil oleh imam atau diakor) adalah mendengarkan, bukan sambil ikut membaca pada lembaran misa (yang tersedia di pintu masuk gereja). Pada saat lektor membacakan, sebenarnya lektor bertugas menghadirkan Allah atau Kristus sendiri yang berbicara. Jika
Allah sedang berbicara kepada kita, masa kita malah menyimak tulisan. Pandanglah dan dengarkanlah. Selebaran misa yang berisi doa dan bacaan itu sebaiknya dibaca terlebih dahulu oleh umat saat sebelum Misa dimulai.
Umat tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat lektor pada saat membacakan. Oleh karena itu, kalau lektor ingin agar pembacaannya disambat dengan baik, haruslah menjaga agar sikap, gerak-gerik, dan seluruh penampilannya dapat diterima dengan baik pula .. Pandanglah umat. Sesampai di mimbar, kontaklah dengan umat dengan cara memandang umat. Umat: akan merasa disapa dan umat akan memperhatikan lektor. Dan saat di atas mimbar sabda, sebaiknya setelah membuka halaman buka bacaan, tangan jangan dilepas, tetapi diletakkan di pinggir mimbar.
Lektor dalam misa harian, jangan memakai T-Shirt atau pakaian ketat lainnya. Pakailah kemeja atau pakaian lain yang sopan dan pantas. Untuk lektor wanita jika memakai celana panjang, pakailah celana panjang selain bahan jeans atau yang ketat.
(Andy Suryadi/Sie. Liturgi)