23 Agustus 2015
BcE. Yos. 24:1-2a, 15-17,18b; Mzm. 34:2-3; 16-17, 18-19, 20-21, 22-23; Ef. 5:21-32; Yoh. 6:60-69
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini, menampilkan dua model jemaat dalam perjalanan hidup Gereja. Model yang pertama kita temukan dalam bacaan pertama (Yos. 24: 1-2a, 15-17, 18b). ini adalah model jemaat yang selalu merefleksikan sejarah perjalanan hidupnya dalam kacamata iman. Mereka sungguh menyadari bahwa seluruh perjalanan hidupnya merupakan berkat dari Allah. Apa saja yang terjadi dalam hidupnya sungguh diimani sebagai kasih karunia dari Allah semata. Karena itu, jemaat seperti ini senantiasa berpegang pada firman/janji Allah. Mereka menyerahkan segala hidupnya ke hadirat Allah. Tanpa Allah hidup mereka akan menderita. Mereka kemudian senantiasa membaharui janji untuk tetap setia hidup di hadapan Allah sebagai Sang Pemberi
sekaligus Penyelenggara hidup mereka.
Model jemaat yang kedua ditampilkan dalam bacaan Injil (Yoh. 6: 60-69). Mereka melihat segala sesuatu dari kacamata manusiawi. Re?eksi atas pengalaman hidupnya serta atas firman Allah sangat dangkal, sehingga mereka kurang merasakan penyertaan Allah dalam hidupnya. Karena itu iman mereka cepat goyah ketika menghadapi tantangan hidup. Tidak mengherankanjika kemudian mereka meninggalkan imannya dan mencari pegangan hidup yang lain ketika mereka merasa bahwa firman Allah tak bisa dipahami atau sulit untuk dipahami.
Dari kedua model jemaat di atas, manakah model jemaat yang menjadi panutan hidup kita selama ini? Apakah kita termasuk dalam golongan jemaat yang pertama, yang senantiasa melihat segala sesuatu dari kacamata iman; mengimani firman Allah dan menyerahkan seluruh perjalanan hidup kita kedalam penyelenggaran Allah; ataukah kita terrnasuk dalam golongan jemaat yang kedua, yang hanya melihat segala sesuatu dari kacamata manusiawi? Selamat merenungkan.
(Carlos/St.AIoysius Gonzaga)