Kata Hati Yesus adalah suatu istilah kiasan manusiawi yang dipakai dalam bahasa iman, untuk mengungkapkan kepada kita betapa besar dan total kasih Yesus kepada kita manusia. Sebab hati dilihat sebagai pusat pribadi manusia, sebagai sumber kekuatan dalam diri manusia. Maka untuk menggambarkan keadaan pribadi seseorang, timbullah kata-kata: lembut hati, murah hati, rendah hati, suara hati, namun juga dingin hati, keras hati, malahan Yesus mengatakan: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8).
Untuk menggambarkan Pribadi Yesus yang mahakudus, kita melihat gambar Yesus dengan lukisan hati pada dada-Nya. Dalam gambar itu mau diungkapkan betapa besar, betapa berkobar, tetapi terutama betapa lembah lembut, penuh belaskasihan Tuhan kepada kita. Betapa besar pun dosa kita, Tuhan akan melupakannya dan justru mendampingi dan memperkuat kita untuk hidup sebagai manusia baru!
Dalam suratnya kepada umat di Efesus, Paulus mengajak kita untuk sungguh-sungguh mengenal Kristus yang mengasihi kita: “Aku berdoa supaya kamu bersama dengan semua orang kudus dapat memahami betapa lebar dan panjangnya, dan betapa tinggi dan dalamnya kasih Kristus, juga supaya kamu dapat mengenal kasih Kristus itu, sekalipun melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah”. Paulus mau menerangkan kepada kita, bahwa kasih Allah memang tanpa batas! Maka hidup sebagai orang kristen sejati adalah suatu hidup, yang berlandaskan pada keyakinan yang mendalam akan kasih Allah yang melimpah!
Lewat Hati-Nya yang Mahakudus, kita diajak belajar mengasihi, mencintai sesama sepenuhnya, seperti dilakukan oleh Kristus yang kita imani! Bila kita ingin dan sungguh bertekad untuk mengasihi sesama, kita harus sanggup dan bersedia untuk berkorban! Tiada kasih sejati tanpa korban. Sebaliknya, pengurbanan yang tulus akan berdaya menguduskan diri kita sendiri, dan juga menguduskan orang yang kita kasihi. Memang di kayu salib lambung Yesus ditikam, dilukai, tetapi hati-Nya yang sejati, yakni kasih-Nya tidak akan pernah terluka! Sebab di dalam lubuk hati Yesus itu tersimpanlah ketulusan, kesungguhan, kesejatian kasih-Nya.
Sudahkah itu terjadi dalam keluarga kita, saling mengasihi dan mencintai dengan sepenuhnya; rela berkurban dan saling menguduskan satu dengan yang lain sebagai anggota keluarga? Alangkah indahnya kalau keluarga-keluarga Katolik menjadikan teladan cinta dan pengorbanan Kristus dalam mengasihi dan menguduskan umat manusia sebagai sumber hidup keluarga. Cinta dan kasih berpusat pada hati. Oleh karena itu, sudahkah ada hati dalam keluarga kita? Karena saling mengasihi berarti saling memperhatikan atau saling mempersembahkan isi hati masing-masing, yang secara konkret berani mencurahkan atau memboroskan waktu dan tenaga bagi yang kita kasihi. Bukankah ketika hati terluka orang menjadi lemah lesu, loyo, dan frustrasi, sebaiknya ketika lukanya tertusuk oleh cinta kasih, maka yang bersangkutan berbunga-bunga, ceria, bergairah, sebagai tanda bahwa Allah hidup dan berkarya dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Semoga setiap anggota keluarga tidak pelit saling memboroskan waktu dan tenaga bagi anggota keluarga yang lain sehingga keluarga kita pun dapat menjadi Gambar Hati Yesus Yang Mahakudus yang hidup.