Syalom aleikhem.

Pertanyaan “mana ayatnya dalam Alkitab?” tidak datang begitu saja. Pertanyaan itu berdasar atas salah satu prinsip utama Protestan, yaitu “sola scriptura”. Itulah akar pertanyaan tersebut. Sola scriptura artinya ‘hanya Alkitab’. Menurut prinsip itu, segala ajaran dan praktik yang tidak ditemukan ayatnya (yang persis dan harafiah) dalam Alkitab sama dengan tidak alkitabiah. Alkitab adalah satu-satunya standar untuk ajaran dan praktik suatu gereja.

Mari membuka kedoknya dengan bertanya: “Siapa yang menjamin bahwa prinsip itu benar?” Artinya: “Sungguhkah prinsip sola scriptura itu benar?” Lebih jauh lagi: “Apakah prinsip sola scriptura ada ayatnya dalam Alkitab?” Kalau selama ini Protestan memakai standar “mana ayatnya”, sekarang standar itu akan dikenakan padanya. Dipersilakan Protestan menjawab pertanyaan di atas dengan standar yang dibuatnya sendiri. Dengan kata lain, Protestan sedang diuji: “Apakah prinsip sola scriptura itu alkitabiah?” Dengan itu hendak dicari tahu apakah Alkitab sendiri mengajarkan sola scriptura atau tidak. Dan jawabannya: tidak.

TIDAK ALKITABIAH
Siapa yang mengatakan bahwa Allah hanya memberikan Alkitab? Siapa bilang bahwa tidak ada hal di luar Alkitab yang adalah wahyu Allah agar manusia mengenal-Nya? Siapa menjamin bahwa Alkitab satu-satunya standar beriman? Dari mana ajaran macam itu datang? Senyatanya, prinsip sola scriptura tidak pernah diyakini orang sebelum Reformasi mulai tahun 1517. Setelah Gereja Katolik berdiri 1500-an tahun, barulah ide itu dimunculkan Protestan pertama, yaitu Martin Luther. Simak baik-baik, prinsip sola scriptura sungguh tidak alkitabiah. Alkitab sendiri tak pernah mengajarkan demikian. Mudahnya, kalau ditanyakan “mana ayatnya untuk sola scriptura?”, tak akan muncul jawaban benar.

Inilah waktunya berani menjawab. Orang Katolik tak boleh hanya terus panik dan bingung mencari jawaban ketika ditanya “mana ayatnya?”. Di balik pertanyaan itu sesungguhnya ada ide bahwa semua ajaran dan praktik yang tidak ada ayatnya dalam Alkitab berarti salah. Padahal, Alkitab tidak mengajarkan demikian. Karena itu, Gereja Katolik pun tidak mengajarkan demikian. Maka, Gereja Katolik telah setia kepada Alkitab. Inilah kunci jawaban bagi orang Katolik. Menjadi jelas bahwa landasan pertanyaan itu, yaitu sola scriptura, malah tidak alkitabiah. Ingat baik-baik, Allah juga memberi kita Gereja-Nya. Gereja diberi kuasa mengajarkan iman, juga menafsirkan Alkitab, juga menentukan kitab-kitab manakah yang termasuk Kitab Suci.

Akhir kalam, orang Kristen (ingat, Katolik itu Kristen sejati) punya Kitab Suci karena Gereja Katolik telah menentukan kitab-kitab mana saja yang termasuk di dalamnya. Asal tahu, Allah tak pernah memberikan “daftar Kitab Suci” dalam bentuk tertulis kepada Gereja. Jadi? Mengerti ‘kan sekarang, Alkitab memang penting sekali tapi bukan satu-satunya sumber iman. Alkitab dan Gereja tak terpisahkan. Alkitab dan Tradisi iman tak terpisahkan. Memisahkan keduanya justru membuat orang menjadi tidak alkitabiah. Pertanyaan “mana ayatnya” (apa kata Alkitab) harus dilengkapi dengan “apa kata Gereja”. Nah! Ketahuan ‘kan belangnya.