Mendalami dan Menikmati Mazmur 126

Pengharapan di Tengah-Tengah Penderitaan

  1. Ketika Tuhan memulangkan tawanan Sion,* kita seperti orang yang bermimpi.
  2. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa,* dan lidah kita dengan sorak-sorai. Bahkan bangsa-bangsa kafir mengakui;* “Agunglah karya Tuhan bagi mereka.”
  3. Sungguh agung karya Tuhan bagi kita, * sebab itu kita bersukacita.
  4. Tuhan telah memulihkan nasib kita,* seperti sungai kering berair lagi di musim hujan.
  5. Yang menabur dengan bercucuran air mata,* akan menuai dengan bersorak-sorai.
  6. Ia pergi dengan menangis sambil membawa kantong benihnya;* ia pulang sambil bernyanyi membawa berkas panenannya.

Mazmur ini dalam Alkitab kita mempunyai judul menarik, “Pengharapan di tengah-tengah penderitaan.” Terdiri atas enam ayat, mazmur ini termasuk cukup pendek. Judulnya mengandung sebuah paradoks yang tidak selalu mudah untuk dihayati: berharap di tengah himpitan derita. Memang, penderitaan adalah sebuah pengalaman negatif, yang tak jarang membuat manusia jatuh terjerembab dalam situasi putus-asa. Tetapi dalam refleksi si pemazmur, situasi itu justru membangkitkan pengharapan. Tidak selamanya penderitaan itu membelenggu manusia. Gelombang penderitaan itu ada akhirnya juga. Itulah yang menjadi keyakinan si pemazmur. Pada saat itulah ia akan mengalami situasi keceriaan, situasi penuh sukacita dan tawa.

Itulah sebabnya, begitu seseorang keluar dari sebuah kungkungan pengalaman negatif, ia menduga bahwa itu mungkin hanya sekadar sebuah mimpi saja. Tetapi ternyata tidak. Itu adalah pengalaman yang amat nyata: Tuhan memulihkan keadaan Sion (ay. 1). Ketika hal itu terjadi maka kita menjadi sangat bersukacita, penuh tawa gembira, lidah bersorak-sorai (ay. 2). Perasaan hati, diungkapkan lewat mulut, lewat lidah, lewat alat tutur kita. Maka orang-orang lain di sekitar kita pun bisa melihat pengalaman sukacita itu. Bahkan mereka juga bisa melihat pengalaman penyelamatan yang dikerjakan Tuhan.

Itu pula sebabnya, dalam ayat 2bc kita melihat para bangsa bersaksi mengenai perbuatan ajaib yang telah dikerjakan Tuhan bagi umat-Nya. Mereka menegaskan kembali pengalaman mukjizat itu sehingga harus
diungkapkan dalam rasa sukacita yang besar (ay. 3). Di ayat 4 ada sebuah permohonan agar Tuhan sudi memulihkan keadaan umat sebagaimana Tuhan memulihkan batang air kering di tanah Negeb. Tidak jelas bagi saya, mukjizat historis mana yang dimaksudkan di sini.

Lalu disusul dengan ayat 5 yang sangat terkenal itu,”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.” Di sini dilukiskan sebuah paradoks: apa yang awalnya dilakukan dalam suasana duka, akan diakhiri dalam suasana sukaria. Pengalaman paradoksal itu dilanjutkan terus dalam ayat 6, masih dengan memakai ungkapan yang diangkat dari dunia pertanian. Ini adalah sebuah paradoks dalam pekerjaan pertanian, mengolah ladang.

Ketika orang mengolah ladang, orang bersusah payah, berlelah-lelah, badan menjadi letih, menjadi sakit karena kerja keras. Tetapi aktifitas bercocok-tanam itu selalu dibingkai sebuah bayang-bayang dan harapan bahwa suatu hari kelak, apa yang telah ditabur itu akan menghasilkan buah berlimpah. Saat ditanam atau ditaburkan, memang penuh dengan keletihan badan. Tetapi nanti, saat dituai, dipanen, ada juga kerja-keras untuk melakukan hal itu, tetapi lebih banyak ditandai oleh pengalaman sukacita dan sorak-sorai.

Semua itu terjadi di dalam Tuhan dan karena Tuhan. Jerih-payah yang dikeluarkan dalam proses mengolah ladang dan menabur benih, dibayang-bayangi dengan harapan bahwa nanti akan ada hasil dari bumi yang melimpah, yang bisa menjamin hidup dan masa depan. Tidak akan ada kelaparan dan segala
macam penyakit yang terkait atau disebabkan oleh kelaparan tersebut. Jerih-payah bertani selalu dilakukan dalam bingkai musim panen kelak. Derita saat ini selalu dihayati dalam bingkai harapan bahwa semuanya akan segera berlalu. Harapan selalu lebih besar daripada himpitan derita. Itu pesan dasar mazmur ini bagi kita sekalian. Hiduplah selalu dalam perspektif
pengharapan. Itulah inti dari hidup dalam iman. Hidup dalam pengharapan adalah tanda adanya iman dan hidup yang ditandai oleh harapan dan iman itu hanya dimungkinkan dalam landasan dan bingkai kasih.

Bandung, akhir Desember 2015. Oleh: Fransiskus Borgias M.
Dosen Teologi Biblika FF-UNPAR Bandung.

Baptisan:
Baptisan balita diadakan per 2 minggu sekali, baptisan dewasa per 1 tahun sekali.

Formulir dapat diunduh melalui tautan berikut:


Pernikahan:

Sakramen pernikahan dapat diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Perminyakan:
Sakramen perminyakan sesuai dengan janji. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Data Wilayah

Baru pindah rumah dan tidak tahu masuk ke wilayah mana dan harus menghubungi siapa?

Jangan panik! Mang Umar ada solusinya! Silahkan kamu cek link ini untuk mencari data wilayah di paroki St. Martinus

Jadwal Pelayanan Sekretariat

Senin, Rabu, Kamis, Jumat: 07.30 – 12.00 & 16.40 – 19.00
Selasa, Sabtu: 07.30 – 12.00
Hari Minggu dan hari libur tutup

Alamat Sekretariat
Komplek Kopo Permai Blok H No. 4
Telp. 022-540-4263
Whatsapp +62 822-6055-3066

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin – Sabtu di gereja pukul 06.00. Misa di Pastoran sementara waktu ditiadakan.

Minggu:
• 06.00
• 08.00
• 10.00

Sabtu:
• 18.00

COPYRIGHT © 2015 BERGEMA BY TIM KOMSOS ST. MARTINUS.