Setelah memberikan Kata Pengantar yang bertujuan mengarahkan umat kepada tema Perayaan Ekaristi, imam mengajak umat untuk mengakui dosa dalam pernyataan Tobat.
Ada 4 cara tobat dalam buku Tata Perayaan Ekaristi (TPE), yang boleh diganti dengan pemercikan air suci sebagai peringatan akan pembaptisan (pada Perayaan Ekaristi Minggu atau Hari Raya, terutama pada Masa Paskah). Umumnya digunakan Tobat cara 1 – yaitu Saya Mengaku…
Tujuan dari pernyataan tobat adalah agar kita, umat yang berdosa yang berhimpun dalam Perayaan Ekaristi saat itu, sungguh layak mengalami peritiwa penyelamatan oleh Yesus sendiri.
Saat kita menyatakan tobat, haruslah disertai sikap tobat, yang dapat ditunjukkan dengan cara berlutut. Berlutut menunjukkan kerendahan hati dan permohonan ampun. Sikap tobat juga ditunjukkan saat umat menebah dada sebanyak tiga kali sambil berseru, “Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa” sebagai ungkapan penyesalan dan rasa sedih yang mendalam.
Sikap menebah dada diambil dari sikap tobat seorang pemungut cukai (Luk. 18 : 13). Memukul diri yang dilakukan pemungut cukai itu diadaptasi oleh Gereja dengan menebah dada. Umat dipersilahkan menebah dada dengan cara menampar-nampar dada dengan keras sebagai ungkapan penyesalan yang amat mendalam atas dosa yang telah dilakukan.
Dalam tobat cara 1 ini, sebaiknya umat sudah terlibat mengucapkan “Saya mengaku…” bersama imam. Begitu imam mengucapkan suku kata pertama, “Sa…..”, umat langsung serentak mengucapkan “Saya mengaku….” sehingga imam dan umat bersama-sama mengakui “bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian”.
Pengakuan juga disampaikan kepada semua yang hadir, “Saya mengaku kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian…”, karena dosa memiliki dua dimensi: dimensi vertikal (terhadap Allah) dan dimensi horisontal (terhadap sesama, saudara). Hubungan yang terganggu karena dosa kita, hendak dipulihkan dalam perjamuan kasih ilahi.
Gereja di dunia tidak merayakan Ekaristi sendirian, melainkan juga bersama Bunda Kristus, para malaikat, dan semua orang kudus. Maka setelah menyadari diri berdosa, kita pun mohon kepada Santa Perawan Maria, para malaikat, dan orang kudus, serta kepada seluruh umat yang hadir, agar mendoakan kita kepada Allah.
Setelah kita nyatakan dengan penuh penyesalan, imam menutupnya dengan absolusi (Bahasa Latin Absolutio yang artinya pengampunan, pembebasan, pelepasan) dengan mengatakan, “Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal”, dan umat menjawab “Amin”. Melalui diri Sang Imam sebagai pemimpin Perayaan Ekaristi kita memohon belas kasih dan pengampunan dari Allah atas segala dosa kita.