Aku, dia, dan mereka memang gila, memang beda. Aku adalah kamu, muda, beda, dan berbahaya.
Anak muda, sebagaimana digambarkan pada penggalan lirik lagu penuh semangat dari Superman is Dead feat Shaggy Dog ini, adalah orang-orang yang nyentrik. Tidak hanya gila dan beda, tapi juga berbahaya. Siapakah yang bisa disebut anak muda itu?
Anak muda adalah sekelompok orang atau anggota masyarakat yang berusia 15 tahun sampai sekitar 25 tahun, yang mempunyai sifat tersendiri, terkadang kontroversial. Anak muda atau orang muda berada pada masa peralihan, dari masa anak-anak menuju dewasa. Berarti ada perubahan dari masa tergantung ke masa bertanggung-jawab penuh. Mereka berada dalam tahap pertumbuhan fisik dan perkembangan, baik secara mental, emosional, sosial, maupun religius. Pada masa perkembangan seperti ini kaum muda berada dalam disposisi yang tidak menentu, terutama dalam menemukan identitas iman mereka yang sesungguhnya. Terlebih dengan hadirnya “globalisasi,” kaum muda seringkali merasa diombang-ambingkan oleh situasi perkembangan globalisasi, yang semakin hari semakin berubah dan menantang mereka.
Salah satu keprihatian kita saat ini adalah terjadinya penyalahgunaan terhadap kemajuan teknologi komunikasi dan globalisasi, yang dirasakan memberikan dampak negative terhadap diri anak muda Katolik. Kaum muda Katolik semakin individualis, konsumtif, dan kehilangan daya kritis bahkan mengalami krisis moral dan iman yang merupakan salah satu efek dari lemahnya pendampingan dari keluarga dan masyarakat. Maraknya acara TV, pemberitaan di internet, dan juga sosial media yang berhubungan dengan dunia hiburan, membuat anak-anak muda Katolik begitu terpengaruh untuk dipacu secepat-cepatnya menjadi terkenal mendadak tanpa kerja keras dan jiwa yang belumlah kokoh. Sementara di tengah persaingan yang amat ketat, dunia hiburan lebih mengedepankan apa yang laku itulah yang dijual , informasi mengenai gaya hidup yang meterialistis, kekerasan, kawin cerai, hedonism, dan tayangan yang kurang nyaman, justru silih berganti menghiasi keseharian informasi yang mereka terima selama ini.
Paus Fransiskus dalam khotbah singkatnya kepada pemuda pemudi gereja di Roma mengatakan bahwa, “Mengobrol di internet atau dengan smartphone, menonton opera sabun TV, dan (menggunakan) produk kemajuan teknologi yang seharusnya menyederhanakan dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi mengalihkan perhatian jauh dari apa yang benar-benar penting.” Paus Fransiskus berharap agar para anak muda tidak terlalu ‘kecanduan’ gadget dan internet. Beliau mengatakan bahwa perilaku tersebut membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia, hidup harusnya memanfaatkan waktu dengan hal dan perbuatan baik, bukannya melakukan hal-hal yang sia-sia saja.
Adalah baik bila nasehat Bapa Paus itu kita laksanakan. Sesuatu yang benar, baik, dan indah haruslah diterima sebagai tanggung jawab yang menyenangkan bukan hanya untuk diri sendiri tetapi kita persembahkan juga bagi sukacita dan kebahagiaan orang lain. Itu merupakan hiburan yang sungguh-sungguh nyata dan terberkati, bukan hanya suatu polesan belaka di layar kaca. Saya jadi teringat salah satu bait Gaudeamus Igitur dalam acara wisuda, yang bunyinya, ” Vita nostra brevis est Brevi finietur Venit mors velociter Rapit nos atrociter Nemini parcetur.” Artinya, “Hidup kita sangatlah singkat. Berakhir dengan segera. Maut datang dengan cepat, merenggut kita dengan ganas. Tak seorang pun mampu menghindar.” Di sini ada himbauan untuk memanfaatkan masa muda sebaik mungkin, karena masa tua akan segera datang, dan tidak ada yang dapat menghindari takdir untuk menjadi tua. Semoga kaum muda kita semakin bijak dalam memilah-milah dan menentukan tawaran hiburan dunia masa kini.