RENUNGAN MINGGU JULI 2016: 17 Juli 2016
BcE. Kej. 18 : 1 – 10; Kol. 1 : 24 – 28 ; Luk. 10 : 38 – 42
Sebagian besar mungkin telah mendengar adagium Latin yang berbunyi, “Ora et Labora” (Berdoa dan Bekerja). Adagium yang mengingatkan bahwa antara aspek doa dan kerja/pelayanan saling berkaitan, harus dilaksanakan secara bersamaan atau berimbang.
Berdoa tanpa melakukan pelayanan, tidak akan menghasilkan apa-apa; bekerja/melakukan pelayanan tanpa memohonkan berkat dari Allah (berdoa), hasil yang kita peroleh pun tidak akan maksimal.
Bapa Abraham dalam bacaan pertama (Kej. 18 : 1 – 10) melaksanakan kedua hal sekaligus. Bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Abraham berupa menerima dan memberi jamuan makan “para tamu misterius” yang sedang dalam perjalanan di rumahnya. Sedangkan wujud doa Abraham adalah dengan mengimani/meyakini apa yang dikatakan oleh ketiga tamu misterius tersebut, bahwa tahun depan, ketika mereka datang kembali, Abraham sudah memiliki seorang anak laki-laki.
Dan demikianlah yang terjadi. Dalam bacaan Injil (Luk. 10 : 38 – 42), Maria dan Marta pun melakukan hal yang sama. Maria duduk di bawah kaki Yesus untuk mendengarkan sabda Yesus, sedangkan Marta sibuk dalam tugas pelayanan. Yesus sendiri kagum dan memberikan pujian kepada kedua perempuan bersaudara ini karena mereka telah menjalankan perannya masing-masing dengan baik, walupun Yesus juga mengingatkan bahwa teladan Marta dan Maria mengajak kita untuk membuat prioritas hidup. Jadi, dalam hal ini Yesus pun mau menegaskan bahwa setiap orang hendaknya secara seimbang, sejalan dalam melaksanakan karya/tugas pelayanan dan doa. Tidak ada yang lebih penting di antara keduanya.
Pertanyaan untuk kita renungkan, “Adakah kita pun telah melaksanakan tugas kita secara seimbang di antara karya/pelayanan dan doa? Ataukah kita lebih mengedepankan salah satu aspek di antara keduanya?” Selamat merenungkan!