RENUNGAN MINGGU JULI 2016: 24 Juli 2016
BcE. Kej. 18 : 20 – 33; Kol. 2 : 12 – 14 ; Luk. 11 : 1 – 13
Secara sederhana, doa didefenisikan sebagai aktivitas berbicara atau berkomunikasi dengan Allah, baik secara pribadi ataupun bersama-sama. Dalam hal ini, berdoa berarti berusaha membangun jalinan relasi yang erat antara manusia dengan Allah. Selain itu, doa juga bisa diartikan sebagai ungkapan iman manusia kepada Allah. Lalu untuk apa kita berdoa? Untuk mengkomunikasikan dan mempersatukan diri kita dengan Allah, serta mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Allah. Dengan berdoa, kita dimampukan untuk melihat dimensi baru dari seluruh hidup dan karya kita, sehingga menjadikan kita melihat karya kita dengan mata iman.
Dalam bacaan pertama (Kej. 18 : 20 – 33), dikisahkan bahwa Abraham “berbicara dengan Allah”. Namun di sana, Abraham bukan sekedar bicara. Ia berkomunikasi dengan Allah secara pribadi. Dengan kata lain, Abraham sebenarnya sedang berdoa secara sungguh-sungguh agar Allah berkenan mengabulkan permohonannya untuk tidak menghancurkan kota Sodom. Dan doa Abraham akhirnya dikabulkan Allah. Mengapa Allah mengabulkan permohonan Abraham? Karena Abraham memiliki relasi yang dekat dengan Allah; Abraham hidup seturut rencana dan kehendak Allah.
Dalam bacaan Injil (Luk. 11 : 1 – 13), Yesus mengajar para murid-Nya untuk berdoa “Bapa Kami.” Lewat doa itu, ada dua hal berikut yang diajarkan Yesus: Pertama, agar para murid membangun relasi yang intim dengan Allah di Surga, yang ditandai dengan sapaan “Bapa” kepada Allah. Kedua, Yesus mengajarkan para murid-Nya agar aktif berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan; tidak pasif atau hanya menunggu tanpa usaha. Allah hanya akan memberi berkat kepada mereka yang berdoa sekaligus mau berusaha. Selamat merenungkan!