Berita Paroki – Wilayah Betlehem
Sabtu 27 Agustus yang sangat terik. Kereta-kereta Jepang beriringan menuju Cileunca Club House, sebuah lokasi yang sangat indah di atas Situ Cileunca, Kecamatan Pangalengan – Kabupaten Bandung, mereka adalah warga wilayah Betlehem, dahulu disebut Wilayah 8, atau “Wilayah Kandang Domba”. Iringan itu bukanlah serdadu yang akan berperang melawan musuh, tetapi akan melawan keegoisan dan ketidakharmonisan, menggatinya dengan cinta kasih yang kadang dilupakan dalam sebuah keluarga.
Pada pukul 17.30, acara dibuka dengan doa oleh Bapak Yosef Madu, dilanjutkan dengan sarasehan keluarga yang dibawakan oleh narasumber, Ibu Hesti, keluarga berisi sekumpulan pribadi yang berbeda-beda. Perbedaan dalam keluarga terjadi karena adanya perbedaan masa kehidupan (tingkatan suai) yaitu a) Veteran (1908-1944), pramg dalam masa ini lebih patriotis dan senang mendengarkan lagu-lagu lama; b) Boomer (1945-1964), merupakan orang yang semangat kerjanya tinggi, tapi gaptek; c) Gen X (1965-1981), lebih mandiri, senang berkumpul dengan banyak teman, dapat mengikuti teknologi; d) Gen Y (1982-1999), melek teknologi, cenderung berteman dengan kelompoknya; e) Gen Z (2000an), multi tasking, terbiasa mencari data di internet.
Diharapkan anggota keluarga mau saling memahami perbedaan dan menghargai satu sama lain, sehingga terjadi keharmonisan dalam keluarga. Diperlukan juga “kasih” dalam menjalankan peran di dalamnya. Peserta pun diajak untuk sharing kelompok.
Romo Gandhi juga menyampaikan tentang bagaiman kehidupan dalam keluarga harus didasari dengan HEROISME SALIB. Pemahaman salib mengalami pergeseran dalam pemaknaannya. Pada awal abad pertama, salib dipandang sebagai hukuman dan hianaan, bergeser menjadi pengobar semangat perang dan lambang kejayaan, bergeser lagi menjadi lambang keagungan Tuhan dan pelayanan yang tulus dalam kehidupan menggereja. Hari pertama diakhiri dengan doa malam, api unggun, dan yang paling nikmat pun dihidangkan: ikan bakar ala Chef Ambarita dari Stasi Pangalengan, wuih nikmat sekali disantap bersama-sama.
Perayaan Ekaristi, mengawali kegiatan di hari ke-2. Dalam homilinya, Rm. Gandhi kembali mengingatkan bahwa puncak kehidupan orang beriman adalah Ekaristi, jangan sombong dengan kekuatan dan kemampuan sendiri, karena dibalik itu semua, Allah berkarya.
Setelah misa selesai, OMK mempersiapkan games untuk seluruh peserta. Ada permainan pesan berantai, mengurai tali kusut, mengisi paralon bocor, dan voli air yang membuat seluruh peserta terpingkal-pingkal.
Acara ditutup dengan pesan dan kesan, diwakili oleh Eyang Sudi, yang membuat peserta terkekeh. Doa penutup pun dipimpin oleh Pak John. Diharapkan rekoleksi wilayah ini dapat bermanfaat untuk semuanya dan diselenggarakan kembali tahun depan.
Terima kasih untuk Romo Gandhi, bu Hesti, rekan panitia, OMK dan seluruh peserta. Semoga kasih dan kebersamaan-Nya selalu menyertai kita. Amin.