Mengikuti Yesus adalah sebuah tugas yang sungguh-sungguh dan dipenuhi dengan sukacita; ia membawa tantangan dan kebranian tertentu untuk mengenali Sang Guru Ilahi dalam yang termiskin dari orang-orang miskin dan memberikan dirinya dalam melayani mereka. Para relawan, yang demi kasih Yesus melayani orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan, tidak mengharapkan terima kasih atau imbalan apa pun; mereka meninggalkan semua ini karena mereka telah menemukan kasih sejati.
Sama seperti Tuhan telah datang dan membungkuk ke tingakatan saya pada saat saya perlu, demikian juga saya pergi untuk menemui-Nya, membungkuk rendah di hadapan mereka yang telah kehilangan iman atau yang hidup seolah-olah Allah tidak ada, dihadapan orang muda tanpa nilai-nilai atau gagasan-gagasan, keluarga-keluarga dalam krisis, orang-orang sakit dan orang-orang yang terpenjara, di hadapan para lansia yang sendirian. Dimana seseorang sedang menggapai, meminta uluran tangan untuk bangkit, inilah tempat kehadiran kita – dan kehadiran Gereja yang menopang dan menawarkan harapan.
Bunda Teresa, dalam semua aspek hidupnya, adalah penyalur kerahiman ilahi yang murah hati, menjadikan dirinya tersedia untuk semua orang melalui penyambutan dan pembelaannya bagi hidup manusia, bayi-bayi dalam kandungan, orang-orang yang ditinggalkan dan dicampakan. Ia berkomitmen untuk membela kehidupan. Ia menyatakan, “bayi-bayi dalam kandungan adalah orang-orang paling lemah, paling kecil, paling rentan”. Ia membungkuk di hadapan orang-orang yang terkaparm yang dibiarkan mati di tepi jalan, melihat martabat mereka yang diberikan Allah; ia membuat suaranya terdengar di hadapan para penguasa dunia ini, sehingga mereka bisa mengenali kesalahan mereka karena kejahatan kemiskinan yang mereka ciptakan. Bagi Bunda Teresa, belas kasihan adalah “garam” yang memberi rasa untuk karyanya, “terang” yang bersinar dalam kegelapan bagi banyak orang yang tidak lagi memiliki air mata untuk ditumpahkan karena kemiskinan dan penderitaan mereka.
Putusannya hingga pinggiran kota dan keberadaannya bagi kita hari ini adalah sebuah kesaksian yang fasih bagi kedekatan Allah terhadap yang termiskin dari orang-orang miskin. Ia adalah sosol perempuan dan pelaku hidup bakti, semoga ia menjadi sokoguru kekudusan! Smoga sang pekerja kerahiman yang tak kenal lelah ini membantu kita untuk semakin memahami bahwa kriteria satu-satunya untuk tindakan kita adalah kasih yang cuma-cuma, bebas dari setiap ideologi dan segala kewajiban, ditawarkan secara cuma-cuma kepada semua orang tanpa membedakan bahasa, budaya, ras atau agama.
Bunda Teresa suka mengatakan, “mungkin aku tidak berbicara bahasa mereka, tetapi aku bisa tersenyum”. Marilah kita membawa senyumannya dalam hati kita dan memberikannya kepada orang-orang yang kita temui sepanjang perjalanan kita, terutama orang-orang yang menderita. Dengan cara ini, kita akan membuka peluang sukacita dan harapan bagi banyak saudara dan saudari kita yang putus asa dan berdiri membutuhkan pengertian dan kelembutan (Peter Suriadi – Bogor, 4 September 2016).