Seluk Beluk Misa Bagian-10
Kemuluaan atau dalam bahasa latinnya Gloria adalah teks madah (himne) dalam Gereja Katolik yang diwariskan sejak zaman dulu dan merupakan salah satu harta terindah yang dimiliki oleh Gereja kita. Ungkapan pertama madah ini amat biblis, merupakan kutipan dan kidung para malaikat di Betlehem saat kelahiran Yesus (Luk. 2:14), “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan di kepada-Nya.”
Dengan madah kemuliaan, Gereja sedang bernyanyi bersama para malaikat. Kita umat Allah pun ikut bergembira dengan memuji, meluhurkan, menyembah, memuliakan, serta bersyukur, bahwa Allah Bapa telah mengutus Putra-Nya menjadi manusia dalam diri Yesus.
Pada bagian awal, madah ini ditujunkan kepada Allah Bapa. Selanjutnya kepada Allah Putra, “Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal. Ya Tuhan Allah, Anak Domba Allah, Putra bapa” Allah Roh Kudus baru disebut dalam penutup. “… Bersama Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa. Amin”. Lewat madah ini, Gereja berkumpul memuliakan Allah Bapa, Allah Putra, bersama dengan Roh Kudus. Sehingga saat memadahkannya. Tubuh kita pun berdiri tegap (tidak bersandar, tidak santai) sebagai ungkapan suasana batin yang mau memuji serta memuliakan Allah dengan penuh hormat, tulus hati, penuh sukacita, dan kegembiraan. Mada ini mencakup beraneka unsur doa Kristiani yang terjalin menjadi satu bagaikan sebuah simfoni: ada unsur pujian, ucapan syukur, mohon pengampunan dan belas kasihan.
Madah Kemuliaan berkarakter pesta (festum), sehingga menciptakan suasana meriah serta agung. Oleh karena itu Madah Kemuliaan hanya dinyanyikan pada misa hari Minggu (kecuali dama masa Adven dan PraPaskah), pada Hari-hari Raya dan Pesta, serta dalam perayaan-perayaan yang bersifat meriah. Dentang bunyi lonceng gereja biasanya mengiringi Madah Kemuliaan dengan tujuan untuk menambah kemeriahan serta keagungannya. Tapi kalau bunyi lonceng gereja malah dirasa menggangu umat yang bernyanyi (saling tubrukan), bisa dihentikan. Yang penting nyanyiannya, bukan gemuruh loncengnya.
Dalam buku Tata Perayaan Ekaristi (TPE) umat, pada bagian Madah Kemuliaan diberi penjelasan: Seusai dengan petunjuk Penaggalan Liturgi, dlagukan/diucapkan Madah Kemuliaan, diangkat oleh Imam atau oleh solis/kor, dilanjutkan oleh seluruh Umat bersama-sama atau silih berganti. Jadi Madah Kemuliaan tidak harus selalu dinyanyikan. Kalau tidak dinyanyikan, Madah Kemuliaan dilafalkan oleh seluruh umat secara bersama-sama atau secara bersahutan. Bukan secara bergantian antara imam dengan umat, sebab pada hakikatnya ini adalah seuran umat, bukan teks dialogal antara pemimpin dengan jemaat. Bila imam mau ikut, sebaiknya jangan dekat-dekat mikrofon agar tidak menguasai seruan umat.