Terluput dari Kesesakan
2 Sejak masa mudaku aku sangat dianiaya,*Namun aku tidak dikalahkan.
3 Punggungku rasanya digarap bajak,*Alur demi alur punggungku digarap.
4 Semoga Tuhan yang adil,*menghancurkan bajak itu.
5 Semoga mundurlah tersipu-sipu,*semua orang yang membenci Sion.
6 Biarlah mereka seperti rumput diatas atap,*yang menjadi layu sebelum dicabut,
7 Yang tak akan digenggam oleh penyabit,*tidak pula diberkas oleh penuai.
8 Mereka tak kan mendengar salam, “Berkat Tuhan bagimu”, *tak ada yang memberkati mereka.
Mendalami dan menikmati Mazmur 129
Pengalaman penderitaan yang disebabkan oleh orang lain, (misalnya orang yang mencelakakan, meracuni, menjelek-jelekan namanya tanpa bukti dan fakta) itulah yang dilukiskan si pemazmur dalam mazmur yang berjudul “Terluput dari kesesakan”. Pengalaman penderitaan menyebabkan orang menderita kesesakan terutama secara rohani dan psikologis (walaupun keduanya bisa tampak secara jasmani). Mazmur yang hanya terdiri atas 8 ayat ini dimasukkan dalam kategori mazmur ziarah (mazmur yang dipakai saat orang mengadakan ziarah ke Yerusalem).
Berdasarkan dinamika internal teks itu, mazmur ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama: ayat 1-3. Bagian kedua: ayat 4. Bagian ketiga: ayat 5-8. Jika dilihat berdasarkan pola struktur seperti ini, tampak bahwa mazmur ini terdiri atas dua lembar “pigura” (ayat 1-3: melukiskan nasib orang yang mendatangkan penderitaan dan kemalangan atas si pemazmur dan kelompok orang yang bersama dengan dia), yang dihubungkan dengan sebuah engsel di tengah sebagai pemersatu (ayat 4). Ayat penghubung ini sangat penting, sebab di dalam ayat ini dilukiskan tindakan yang dilakukan Tuhan. Ini adalah camput tangan Tuhan dalam derita manusia.
Dalam pigura pertama dilukiskan derita yang dialami pemazmur sejak masa mudanya. Ada sekelompok orang (mereka) yang medatangkan kesesakan atas hidup si pemazmur. Hal itu sudah dilakukan sejak ia masih muda (ayat 1-2). Tetapi, biarpun ia mengalami kesesakan itu, ia tidak mati. Mereka tidak dapat mengalahkan dia. Dalam ayat 3 pemazmur melukiskan bahwa ada pembajak yang membajak diatas punggungnya. Ini adalah bentuk penindasan dalam relasi pekerja (buruh) dan majikan. Para pembajak itu membuat alur-alur bajak yang panjang, yang mendatangkan sengsara dan rasa sakit yang luar baisa. Ini adalah metafora untuk penindasan yang didatangkan para penguasa dan penindas atas orang yang mereka kuasai dan tindas. Itulah lukisan tentang situasi derita dan kemalangan si pemazmur yang ditimpakan orang lain.
Tetapi bukanlah kata terakhir bagi hidupnya. Dalam ayat 4 kita melihat bahwa Tuhan tidak membiarkan situasi penindasan itu berlangsung terus menerus. Ia bertindak untuk menunjukan kasih-setia dan keadilan-Nya. Ia memotong tali-tali orang fasik, sehingga mereka tidak mampu lagi mendatangkan sengsara dan penindasan atas orang lain. Ia memutuskan tali-tali itu, berarti Ia menghentikan penindasan dan kekerasan yang dilakukan sekelompok orang atas sekelompok orang lain yang biasanya lebih lemah. Karena tindakan Tuhan, tali sudah terputus dan tidak bisa dipergunakan lagi.
Setelah campur tangan Tuhan, kita melihat pelukisan nasib orang jahat yang mendatangkan sengsara dan penindasan atas sesamanya. Dalam ayat 5 dilukiskan bahwa orang yang membenci Sion akan mendapat malu, mereka tidak akan hidup lama. Mereka memang bisa bertumbuh tetapi akan cepat layu dan mati. Seperti rumput diatas sotoh (atap rumah berbentuk datar, ayat 6), yang memang bisa tumbuh, tetapi tidak bisa bertahan lama karena tidak ada tanah dan kena sinar panas matahari. Tanpa camput tangan para pemangkas dan penyabit sekalipun rumput yang tumbuh diatas sotoh akan mati sendiri (ayat 7).
Bila melihat nasib orang sperti itu, maka orang yang menyaksikannya akan mendapat simpulan yang jelas: mereka tidak akan diberkati Tuhan (ayat 8). Karena itu, mereka cepat mati, tidak bertahan hidup. Atas mereka itu, tidak ada orang yang mengucapkan berkat atas nama Tuhan. Sebaliknya, atas mereka diucapkan kutuk dan sumpah serapah. Karena camput tangan Tuhan, aka orang yang menderita kesesakan pun luput (dinyatakan dengan jelas dalam judul mazmur).
Jadi, berkat campur tangan Tuhan, maka masalah derita dan kemalangan dalam hidup manusia bisa teratasi. Tuhan bertindak dengan cara memutuskan dan menghilangkan alat-alat penindasan yang selama ini ada di tangan penindas. Campur tangan Tuhan tentu mendatangkan pembebasan dan sukacita.
Bandung, Mei 2016.
Dosen Teologi Biblika, FF UNPAR Bandung.