Pengelolaan Lingkungan oleh Komunitas Agama

Bencana banjir, longsor dan pencemaran lingkungan telah menimpa masyarakat di Indonesia. Kejadian bencana banjir dan longsor terjadi di Garut, Sumedang, Banjarnegara dan Sampang, juga di kabupaten Bandung. Bencana telah memakan korban manusia serta kerusakan lingkungan yang amat parah. Komunitas agama-agama menganggap kerusakan lingkungan sudah amat parah dan prihatin atas terjadinya bencana ini. Perlu adanya tindakan untuk mengatasinya, dengan pelestarian lingkungan hidup.

Kemenag bekerjasama dengan Lembaga Penaggulanan Bencana dan Lingkungan Hidup  PBNU mengadakan workshop selama 3 hari, 21-23 September 2016, tentang “Pengelolaan Lingkungan oleh Komunitas Agama”. Workshop diikuti oleh utusan perwakilan lintas agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, sedangkan Hindu dan Konghucu tidak mengirimkan wakilnya.

Pertemenya diawali dengan sharing pengetahuan dan pengalaman tentang prespektif agama masing-masing dalam pelestarian lingkungan. Sumber dalam Alkitab yang diambil adalah Kej. 2:15: “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”. Manusia ditugaskan untuk mengusahakan dan memlihara bumi beserta isinya. Mengusahakan dapat diartikan sebagai menggarap, membajak atau mengerjakan. Memelihara berarti melindungi, menjaga, melestarikan, merawat, dan mengawasinya. Artinya, ada relasi tanggung jawab timbal balik antara manusia dan alam.

Setiap orang dapat mengambil dari harta benda bumi, apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Tetapi mereka juga memiliki kewajiban untuk melindungi bumi dan menjamin keberlangsungan kesuburannya untuk generasi-generasi mendatang. Pak Giyarto, sebagai perwakilan umat Katolik, menyampaikan contoh konkrit kepedulian Gereja Katolik dalam pelestarian lingkungan yaitu dengan dibentuknya kelompok “Gema Pelikan” (Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan) yang mengkhususkan dalam pengelolaan sampah.

Workshop ini bertujuan untuk membantu para pemimpin/tokoh agama dan pimpinan organisasi keagamaan agar mempunyai kemampuan menganalisis dan merumuskan perencanaan peneglolaan lingkungan. Tujuan akhirnya tentu saja agar resiko terjadinya kerusakan lingkungan dan bencana alam dapat diminimalisir.

Selama 3 hari, sekitar 40 orang peserta diajak mempelajari metode Riset Aksi Partisipatosis (Participatocy Action Research). Metode riset ini dilakukan oleh sekelompok orang yang saling bekerja sama dan saling berbagi pengalaman dalam mengidentifikasi masalah, mengindentifikasi kemungkinan mengatasinya, menyusun educare dan melakukan tindakan.

Praktek lapangan dilakukan di lokasi survey, di desa Warnasari – Kampung Cipengisikan Pangalengan (di sekitar Situ Cileunca) yang telah banyak mengalami perubahan dalam pelestarian lingkungan hidup.

Diakhir pertemuan disepakati bahwa kelompok workshop ini akan melanjutkan survey tentang pencemaran air di daerah aliran sungai (DAS) Citarum tahun depan dengan 3 wilayah penelitian: hulu, tengah dan hilir.

Baptisan:
Baptisan balita diadakan per 2 minggu sekali, baptisan dewasa per 1 tahun sekali.

Formulir dapat diunduh melalui tautan berikut:


Pernikahan:

Sakramen pernikahan dapat diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Perminyakan:
Sakramen perminyakan sesuai dengan janji. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Data Wilayah

Baru pindah rumah dan tidak tahu masuk ke wilayah mana dan harus menghubungi siapa?

Jangan panik! Mang Umar ada solusinya! Silahkan kamu cek link ini untuk mencari data wilayah di paroki St. Martinus

Jadwal Pelayanan Sekretariat

Senin, Rabu, Kamis, Jumat: 07.30 – 12.00 & 16.40 – 19.00
Selasa, Sabtu: 07.30 – 12.00
Hari Minggu dan hari libur tutup

Alamat Sekretariat
Komplek Kopo Permai Blok H No. 4
Telp. 022-540-4263
Whatsapp +62 822-6055-3066

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin – Sabtu di gereja pukul 06.00. Misa di Pastoran sementara waktu ditiadakan.

Minggu:
• 06.00
• 08.00
• 10.00

Sabtu:
• 18.00

COPYRIGHT © 2015 BERGEMA BY TIM KOMSOS ST. MARTINUS.