Jumat, 30 September 2016, jam 22.00 rombongan Paguyuban Monosuko berangkat menuju Ambarawa. Sesudah mandi dan makan pagi di area istirahat taman Goa Maria Kerep, acara dilanjutkan dengan doa Rosario di depan Gua Maria. Usai berselfie ria, perjalanan dilanjutkan menuju museum kereta api. Asyik mereka mendapat pengetahuan baru dan kesempatan untuk berfoto di lokomotif tua!
Perjalanan selanjutnya menuju Goa Rosa Mystica di Tuntang, Salatiga dirasa cukup menegangkan karena akses jalan sedang di cor. Bus berjalan dengan perlahan, menghindari besi cor yang mencuat. Di Karang Lor, mereka dijemput oleh Bp. Anton (warga Rosa Mystica). Beliau menyampaikan kabar bahwa jembatan ambrol dua hari sebelumnya, sehingga tidak dapat dilewati bus. Mereka pun berganti dengan kendaraan kecil (terima kasih untuk kebaikannya pak). Kemudian rombongan menuju sumur air kesembuhan lalu menuju Goa Rosa Mystica.
Saat berdoa Rosario tiba-tiba cuaca berubah mendung lalu turun hujan angin di puncak bukit. Para peserta sempat khawatir, jangan-jangan ada longsor lagi. Dengan bergandengan tangan mereka menyatukan hati dan berdoa serta menyanyikan Yesus Yesus, berharap agar hujan segera reda. Saat itulah mereka merasa diuji. Hujan bukannya mereda, tapi semakin deras sehingga tampias membasahi mereka. Begitu selesai berdoa, puji syukur kepada Allah hujan mulai reda. Salah seorang peserta mengatakan bahwa hujan akan berhenti pada pukul 15.00. Tepat pukul 15.00 mereka berdoa Koronka. Selesai doa Koronka, hujan pun benar-benar berhenti total dan langit pun kembali cerah, seolah dua jam mencekan yang mereka alami, tidak pernah terjadi.
Kejadian tersebut membuat peserta semakin yakin dan percaya akan kekuatan doa dan kuasa Allah. Banyak dari peserta yang bersaksi bahwa imannya semakin dikuatkan.
Rombongan kemudian menuju hotel Agrowisata Salatiga. Setelah beristirahat dan makan malam, acara dilanjutkan dengan temu akrab. Suasana begitu gayeng dengan joget temonholic dan game puzzle kitab suci, kejadian siang yang melelahkan menjadi sirna. Acara ditutup dengan doa malam.
Keesokan paginya, mereka mengikuti Misa di gereja Paulus Miki Salatiga. Homili Romo dirasa sangat pas dengan situasi peziarahan mereka “apa pun permintaan kita akan terwujud, bila selaras dengan kehendak Allah dan sesuai waktu Tuhan. Kita diminta untuk mempunyai iman walau cuma sebesar biji sesawi”.
Usai misa, mereka menuju Goa Maria Pereng. Walaupun tidak bisa melakukan jalan salib karena hujan, tetap ada hikmah yang mereka dapatkan, mereka dapat berdoa secara khusyuk saat pembakaran ujud doa. Syukur kepada Allah dan terima kasih kepada para donatur sehingga acara ziarah ini dapat terlaksana.