Rangkaian Novena Tiga Salam Maria 23-31 Oktober 2016
Berawal dari terlalu banyaknya permintaan Misa untuk membuka dan menutup Novena Tiga Salam Maria di lingkungan yang diterima oleh Tim Pastores, maka tahun ini, Novena Tiga Salam maria dicoba untuk diadakan di gereja, dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin – rencananya – oleh sembilan orang imam secara bergiliran. Hasilnya luar biasa, sembilan hari berturut-turut, sejak pertama hingga hari terakhir, jumlah umat yang hadir hampir selalu memenuhi 2/3 gedung gereja.
Novena hari pertama (Minggu, 23 Oktober 2016) dipimpin oleh Rm. Gandhi, bertema ‘Bersama Bunda Maria, Menjadi Keluarga yang Terberkati’. Dalam homilinya, Rm. Gandhi mengajak umat untuk merenungkan arti persekutuan dan kebersamaan dalam keluarga. “Sesuatu yang baik itu berasal dari hal yang baik”, begitu disposisinya.
Pada Novena hari kedua (Senin, 24 Oktober 2016), Rm. Darwanto dari paroki St. Melania, menyampaikan tema ‘Bersama Bunda Maria Menjadi Keluarga yang Menyadari Panggilannya’. Dicontohkan oleh St. Yosef dan Bunda Maria yang menjadi model bagi umatnya. Bunda Maria dan St. Yosef yang telah mengorbankan egonya, rela merendahkan dirinya dihadapan Allah.
Novena hari ketiga (Selasa, 25 Oktober 2016) bertema ‘Bersama Bunda Maria Menjadi Keluarga yang Memuji Allah’. Rm. Tri Prasetijo dari paroki Cikampek mengingatkan janji pernikahan kita. Saat itu kita telah memilih suami/istri dengan bebas, berjanji untuk saling mencintai dan setia dalam untung dan malang, sehat dan sakit sampai maut memisahkan, dan mau menerima dan mendidik anak-anak secara Katolik.
Romo Untung dari Seminari Tinggi Keuskupan Bogor dalam homilinya pada Novena keempat dengan tema ‘Bersama Bunda Maria Menjadi Keluarga yang Peduli’ menyampaikan bahwa kita harus berbahagia dan bangga menjadi orang Katolik. Menjadi orang Katolik dan menjadi pengikut Kristus tidak boleh diam, harus mau membantu orang lain. Walaupun niat baik kita seringkali ditanggapi dengan tidak baik oleh orang lain. Mempunyai risiko yang besar untuk menjadi murid Kristus.
Pada Novena hari kelima (Kamis, 27 Oktober 2016), Rm. Wahyu (Garut) berhalangan hadir. “Pemain” cadangan pun, Rm. Bambang, menggantikannya. Bertema ‘Bersama Bunda Maria Menjadi Keluarga yang Selalu Menghadrikan Kristus’. Dalam homilinya Rm. Bambang mengulas kembali tema dari hari pertama sampai dengan hari keempat.
Rm. Bhanu dari Seminari Tinggi Fermentum memimpin Novena yang keenam, bertema ‘Bersama Bunda Maria Menjadi Keluarga yang Saling Memerdekakan’. Beliau mencontohkan, bahwa orang yang sedang mabuk pun bisa mengucapkan Sabda Tuhan: ‘tidak tahukah engkau bahwa Aku harus ada di rumah Bapak-Ku? Bunda Maria menjadi figur orang yang memerdekakan, keluarga yang saling terbuka satu dengan yang lain.
Seharusnya, Rm. Sahid, Pr memimpin Novena hari ketujuh. Namun karena ada umat yang dipanggil Tuhan, maka perayaan Ekaristi kembali dipimpin oleh Rm. Bambang, dengan tema ‘Berasma Bunda Maria Menjadi Keluarga yang Saling Menyembuhkan’. Dalam homilinya, Rm. Bambang menggambarkan orang Samaria sebagai orang yang terpinggirkan namun selalu menjadi berkat untuk orang lain. Bisakah kita mengampuni dan memberikan kesembuhan dan sukacita bagi anggota keluarga yang lain? Beliau bahkan memberikan contoh lain: seorang anak yang mau mengampuni orang tuanya.
Novena hari kedelapan (Minggu, 30 Oktober 2016) dipimpin oleh Rm. Sunu dari seminari tinggi Fermentum yang menyampaikan tema ‘Bersama Bunda Maria Menjadi Keluarga yang Setia Sampai Akhir’. Tidak mudah untuk menjadi setia, apalagi setia sampai akhir. Untuk menjadi setia sampai akhir, perlu nafas yang panjang seperti Bunda Maria. Layaknya orang lari marathon, nafas kita harus panjang dan hati kita harus ‘nyambung’ dengan Tuhan.
Penutupan Novena Tiga Salam Maria dipimpin oleh Rm. Bambang yang menyampaikan tema ‘Bersama Bunda Maria Menjadi Keluarga yang Menjadi Kabar Gembira’. Ia menyampaikan bahwa orang yang berhasil adalah orang yang mempunyai tekad dan kemauan. Contohnya bisa hadir dalam Novena selama sembilan hari berturut-turut. Tak lupa, Romo Bambang pun mengingatkan umat yang hadir akan tekad untuk membangun keluarga, sehidup semati, setia dalam untung dan malang. Tema Novena tahun 2016 dibahas satu per satu oleh Romo Bambang sehingga menjadi semakin jelas bahwa kita harus mengusahakan tekad itu; Tekad untuk saling memperhatikan satu dengan yang lain dalam keluarga.
Novena ditutup dengan perarakan patung Bunda Maria dari altar, lewat pintu utama gereja, kembali ke ruangan Sakristi. Entah berapa banyak ujud doa yang dibakar setiap hari. Semoga juga ada cukup banyak orang yang ingat untuk bersyukur, ketika doa-doanya dikabulkan.
Terima kasih kepada Tuhan yang telah memungkinkan kita menjalankan rangkaian Novena ini. Juga kepada semua pihak yang telah bertugas memperisapkan Novena, dan tentunya atas kehadiran umat yang dengan setia meluangkan waktunya di tengah cuaca yang tidak bersahabat, untuk berdoa bersama. Semoga dengan Novena ini, kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus Kristus semakin dikuatkan, melalui kehadiran Bunda Maria di dalam hidup sehari-hari.