Paus Fransiskus memastikan, Gereja Katolik tetap memberlakukan larangan terhadap perempuan untuk menjadi seorang pastur selamanya. Pernyataan tersebut dibuat pria bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu diatas pesawat menuju Roma, Italia.
Sebelumnya, Paus Fransiskus mengunjungi Gereja Lutheran di Swedia dan disambut baik oleh kepala gereja tersebut yang kebetulan seorang perempuan. Penyambutan tersebut menjadi pertanyaan dari wartawan kepada pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia itu, diatas pesawat.
“Paus Yohanes Paulus II telah membuat kata-katanya sungguh jelas. Kami berpegang teguh pada dokumen tersebut”, ujar pria asal Argentina itu, dilansir Indepedent, Kamis (3/11/2016). Paus Fransiskus mengacu pada dokumen yang diterbitkan Paus Yohanes Paulus II pada 1994 yang menutup pintu bagi seorang pastur perempuan.
Ketika ditanya oleh wartawan apakah dokumen tersebut berlaku untuk selamanya, pria asal Argentina itu menjawab dengan diplomatis, “Jika kita membaca secara hati-hati deklarasi Paus Yohannes Paulus II, maka arahnya menuju ke sana” sambung Paus Fransiskus.
Sebelumnya, pria berusia 79 tahun itu pernah mengatakan pintu bagi pentahbisan perempuan sudah tertutup rapat. Namun, sejumlah pendukung perubahan berharap: seorang Paus di masa depan akan mengubah keputusan tersebut. Sebab, jumlah pastur diseluruh dunia mulai berkurang.
Gereja Katolik melarang pentahbisan perempuan sebagai pastur karena diyakini sesuai dengan teladan Yesus Kristus yang hanya menunjuk pria sebagai Rasul-Nya. Pada agustus 2016, Paus Fransiskus pernah membentuk komite untuk mempelajari peran diaken perempuan di masa-masa awal kekristenan.
Tindakan itu memberikan secercah harapan bahwa perempuan suatu hari nanti dapat memiliki suara yang lebih kuat di kalangan Gereja Katolik. Seperti halnya pastur, diaken diangkat oleh keuskupan dan haruslah seorang laki-laki. Mereka tidak diizinkan mempin misa, tetapi diperbolehkan menyampaikan khotbah, mengajar dan membaptis atas nama Gereja Katolik.