Seluk Beluk Misa
Sabda Allah yang dibacakan di dalam Misa Hari Minggu di gereja disusun mengikuti alur sejarah keselamatan umat manusia oleh Allah, dimulai dari Perjanjian Lama, dilanjutkan dengan Perjanjian Baru yang memuncak pada kisah Kristus dalam bacaan Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Keempat Injil inilah sebagai puncak dan pusat Kitab Suci sebab Kristus-lah yang menjadi pemenuhan sejarah keselamatan umat manusia.
Gereja membagi bacaan-bacaan Misa Hari Minggu dalam lingkaran tiga tahun, yaitu Tahun A (Matius), B (Markus) dan C (Lukas). Injil Yohanes agak istimewa karena dibacakan setiap tahun yaitu pada hari-hari Minggu Adven dan selama Masa Paskah, juga pada minggu-minggu tertentu dalam Tahun B.
Untuk misa harian, hanya ada 2 bacaan: Bacaan pertama dan Injil. Bacaan pertama dibagi dalam dua lingkaran tahun: Tahun Ganjil (Tahun 1) dan Tahun Genap (Tahun 2), sementara bacaan Injil Misa harian untuk tahun ganjil sama dengan tahun genap. Tahun yang dihabis dibagi 3, itulah tahun C. Contoh 2016/3 = 672, maka tahun 2016 adalah tahun C/II; dan tahun 2017 adalah tahun A/I artinya bacaan Misa Hari Minggu menggunakan Tahun A, bacaan Misa Harian menggunakan Tahun 1.
Pembagian tahun tersebut (disebut Tahun Liturgi) bertujuan agar jika umat setia mengikuti Misa di Hari Minggu dan juga Misa Harian selama tiga tahun, berati hampir dari keseluruhan bacaan dalam kitab suci telah terbaca. Pusingkah kita mengingat tahun-tahun itu yang telah diatur oleh gereja? Sebagai umat, kita tidak perlu pusing. Umat mendengarkan saja saat Sabda Allah dibacakan (saat Misa Hari Minggu atau Misa Harian). Bagi umat yang aktif melayani Gereja sebagai petugas liturgi, tidak ada salahnya untuk mengetahui bahkan mengingat pembagian tahun tersebut sebagai bagian dari tugas liturgis yang dijalaninya.
Teks bacaan untuk Misa tidak persis sama dengan teks yang ada dalam Kitab Suci. Untuk kebutuhan liturgi, teks Kitab Suci dikutip dengan penyesuaian untuk keperluan liturgis, ada pengurangan dan penambahan ayat atau penggantian pada bagian awal bacaan. Misalnya ditambahi dengan ungkapan yang menyapa langsung umat seperti: “Pada waktu itu; Ketika itu; Saudara-saudara” dan sebagainya. Penyesuaian itu dimaksudkan untuk menampilkan dimensi Allah yang tengah hadir menyapa umat-Nya. Kisah dalam Kitab Suci memiliki dimensi sejarah, maka Allah tidak hanya hadir dan berbicara pada umat Israel, para nabi atau para rasul dan Gereja perdana di masa lalu, namun juga menyapa umat Allah masa sekarang, khususnya yang tengah hadir dalam Misa saat itu.