Perayaan Ulang Tahun Imamat Romo Liem
Jelang siang di hari ketiga bulan Desember, bertiga kami sambangi kediaman Rm. Limijarta. Rm. Gandhi, Bu Anna dan Bu Cynthia. Ada apa gerangan? Siang itu, sang empunya rumah, Rm. Liem merayakan 48 tahun imamatnya. Wow banget kan!
Siang itu para tetamu membawa tampah berisi tumpeng nasi begana dan sebuah cheese tart. Bersyukur bersama atas berkat dan rahmat Tuhan yang selalu dilimpahkan untuk Rm. Liem. Tak banyak yang hadir. Rupanya sore/malam hari baru akan ada yang berkunjung, demikian cerita Rm. Liem.
Suasana menjadi hangat ketika Rm. Liem berbagi cerita, suka dan dukanya menjalani kehidupan imamat yang nyaris setengah abad itu. Pengalaman manis dan pahit, jatuh dan bangun (beliau bahkan sempat “extra domus”, tinggal dan bekerja di luar Pastoran, sebagai orang awam baisa). Tentulah cerita itu terutama untuk Romo bungsu kita, Rm Gandhi, yang memang bolak balik menghela nafas seraya berujar, “Hmm.. 48 tahun ya”. Tentu amat sangat jauh kika dibandingkan perjalanan imamat Rm. Gandhi yang baru akan 3 tahun itu. Semoga apa yang dibagikan oleh Rm. Liem, dapat menjadi bekal untuk perjalanan imamat Rm. Gandhi.
Tak lama kemudian, Pudjo, fotografer Bergema pun muncul akhirnya tumpeng dan cheese taart dipotong dan disantap bersama. Bu Tjandra yang terlepas dari jerat kemacetan di TKI, melengkapi keceriaan siang itu. Terima kasih Tuhan, karena Engkau telah lebih dulu setia menemani perjalanan imamat Rm. Liem. Terima kasih Rm. Liem, karena telah memberi contoh kepada kita semua, walaupun dengan jatuh bangun, Romo telah berusaha untuk tetap setia menghidupi imamat Romo. Dia yang telah memulai karya baik-Nya di dalam diri Romo. Dia yang akan tetap setia menemani perjalanan Romo, Dia pula yang akan mengakhiri semuanya dengan baik. Proficiat Romo.