Pada hari Selasa, tanggal 20 Desember 2016, Kementrian Agama Kota Bandung menyelenggarakan seminar kerukunan bertema, “Toleransi Umat Beragama dalam Perspektif Agama Resmi di Indonesia” di Aula Kemenag Kota Bandung Jl. Soekarno-Hatta 498.
Selain dihadiri oleh perwakilan-perwakilan umat beragama di Kota Bandung, turut hadir membuka acara tersebut Wali Kota Bandung Ridwan Kamil; Kapolres Kota Besar Bandung, AKB Hendro Pandowo; dan Kepala Kanwil Kemenag Kota Bandung. Sementara umat Katolik di Kota Bandung diwakili oleh ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Bandung, R.P. Agustinus Sugiharto, OSC dan Bpk. Djoko Santoso; dan wakil-wakil sie HAK dari Paroki Katedral, Pandu, Buah Batu, Paulus, Odilia, dan Martinus (Paulus Prananta).
Dalam kesempatan tersebut juga ditanda tangani 4 poin nota kesepahaman bersama antar pemuka agama di Kota Bandung (Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu), Kepolisian, Kejaksaan, Kodim, dan Kemenag Kota Bandung, dengan mengetahui Walikota Bandung Ridwan Kamil. Pertama bahwa hak beragama itu adalah hak setiap warga negara sehingga kegiatan ibadahnya dilindungi Negara; kedua, penggunaan gedung umum dipersilahkan untuk kegiatan keagamaan selama sifatnya insidentil; ketiga, kegiatan ibadah tidak perlu pakai izin, cukup memberitahukan ke Kementreian Agama dan kepolisian; keempat, kita bersepakat untuk membuang jauh semangat intoleransi dan semangat pemaksaan terhadap yang sifatnya keyakinan.
Dalam sambutannya Ridwan Kamil menyampaikan bahwa, “Indonesia negeri beragam. Lahir lebih 700 bahasa, banyak suku bangsa. Kita harus ingat, jika tidak bisa bersaudara dalam keimanan, bersaudaralah dalam kemanusiaan.” Dibentuknya Satgas Toleransi Lintas Agama Kota Bandung akan lebih menjamin peribadatan setiap warga. Kepala Kanwil Kemenag Kota Bandung, Yusuf Umar, mengatakan bahwa satgas terdiri atas Polres, Kesbangpol, Kemenag, unsur seluruh agama yang ada, dan unsur kepemudaan. Satgas tersebut nantinya akan mendapat pembinaan dari Kapolres. Sementara Kapolres mengatakan bila terdapat sweeping bisa dilaporkan kepada pihak Kepolisian untuk ditindaklanjuti.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan seminar. Pembicaranya adalah wakil keenam agama tersebut. Pembicara Muslim menekankan bahwa kekerasan atas dasar agama bukan karena pemahamannya atas agama tersebut tetapi kebanyakan karena faktor-faktor sosial lainnya. Rm. Agus mewakili umat Katolik mengatakan bahwa Gereja kita selalu mengutamakan diskusi dalam setiap hal yang berhubungan dengan toleransi antar umat beragama agar selalu tercipta kedamaian. Pembicara dari Hindu menekankan bahwa perbedaan adalah anugrah dari Tuhan, agar manusia mampu mengoptimalkan potensi dirinya. Sementara pembicara dari Budha juga menekankan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an bangsa dan bila terjadi permasalahan ada baiknya saling interospeksi diri. Menghormati agama lain adalah juga menghormati agama sendiri. Acara selesai pada tengah hari dalam suasana kekeluargaan yang harmonis.
