Pemimpin yang baik? Apakah itu? Untuk siapa? Secara luas. Baiklah
“Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk. 10:42-45).
Pernyataan di atas mau menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menegaskan adanya perbedaan esensial antara pemimpin Kristen dan pemimpin sekuler. Ada perbedaan tetapi menjadi satu bagian ketika seorang kristiani telah menjadi seorang pemimpin sekuler (pemegang kuasa di dunia). Bagaimana kedua hal tersebut dapat disatukan menjadi seorang pemimpin kristiani yang baik dalam dunia nyata dewasa ini?
Kalau Anda pergi ke toko buku tertentu, Anda akan menemukan satu rak atau bagian khusus untuk Leadership. Banyaknya buku tentang kepemimpinan menunjukkan bahwa semakin banyak orang ingin tahu bagaimana cara memimpin. Juga semakin membuktikan betapa orang zaman ini mendambakan pemimpin yang baik, punya kualitas, bahkan yang bisa membawa perubahan.
Dari buku-buku yang banyak itu kita tahu beberapa kualitas pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik biasanya berkarisma, berpengaruh, disiplin, serta punya visi dan determinasi untuk mencapai tujuan kawanannya. Namun, kualitas-kualitas itu saja tidak cukup. Adolf Hitler punya semua kualitas itu.
Untuk kepemimpinan rohani kita perlu tujuan yang rohani pula. Namun, itu pun tidak cukup. Para pemimpin agama seperti Jim Jones, Osama bin Laden, David Koresh, dan Shoko Asahara memiliki segala karisma dan determinasi rohani yang dibutuhkan. Seorang pemimpin rohani yang baik memerlukan segala kualitas pemimpin duniawi yang baik ditambah dengan kualitas diri secara keseluruhan.
Ada tiga teori tentang kemunculan pemimpin. Pertama, Teori Genetis. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin lahir dari pembawaan bakatnya sejak ia lahir, bukan dibentuk menurut perencanaan yang disengaja. Pemimpin demikian lahir dari situasi yang bagaimanapun juga karena ia bersifat sudah ditetapkan (determinis dan fatalis).
Kedua, Teori Sosial. Teori ini kebalikan atau lawan teori pertama. Pemimpin tidak muncul akibat bawaannya sejak lahir, melainkan disiapkan dan dibentuk. Sebab itu setiap orang bisa menjadi pemimpin asal dipersiapkan dan dididik secara sistematis.
Ketiga, Teori Ekologis atau Sintetis. Teori ini muncul sebagai respon terhadap dua teori terdahulu. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin muncul melalui bakat-bakat sejak kelahirannya, lalu dipersiapkan melalui pengalaman dan pendidikan sesuai dengan konteksnya.
Dari semua yang telah dibaca di atas; baik tentang teori kemunculan kepemimpinan atau pemimpin kristiani yang mempunyai jabatan di dunia ini mau mengatakan bahwa pemimpin itu penting dan mempunyai daya ubah yang besar bagi banyak orang maupun dunia ini; maka butuh kesadaran akan hal tersebut serta menjadikan jabatan yang dipercaya sebagai Allah yang berkarya atas diri.
Hal tersebut tidak terkecuali juga untuk pemimpin di mana pun; baik di pemerintahan pusat maupun daerah. Setiap pemimpin kristiani diminta untuk menghadirkan Tuhan yang nyata dalam dirinya serta menjadikan dirinya orang yang mampu dan berani untuk mengembangkan segala sesuatu yang telah dipercayakan