Sabtu, 31 Desember 2016, pukul 18.00, dalam Misa terakhir di tahun 2016 kita diajak oleh Rm. Bambang untuk bersyukur atas penyertaan Tuhan di dalam keluarga kita masing-masing. Tampak cukup banyak keluarga yang hadir secara lengkap: bapak, ibu dan anak-anaknya.
Mengawali homilinya, Rm. Bambang langsung mengingatkan apa yang pernal saling dijanjikan saat melangkahkan kaki ke altar suci. Maka walaupun banyak kekurangan, kelemahan dan tidak sesuai dengan harapan, tapi karena pernah berjanji maka si dia akan tetap dipertahankan sebagai jimat (siji dimat-mat, satu dipelihara dengan sungguh). Bahwa cinta kasih dalam keluarga yang tidak disirami, dipupuk atau dirawat, maka lama-lama akan memudar dan mati.
Sebagai manusia yang lemah, sulit untuk setia dengan janji. Yang dapat meneguhkan dan menguatkan adalah bagaiman berdua komitmen, “Tuhan biarlah kami saling setia sepanjang hari ini, dan saling memberikan yang terbaik”.
Hakekat hidup rumah tangga mengingatkan bagaimana suami istri diajak untuk saling mengasihi, saling memberi yang terbaik satu sama lain, menerima kekurangan pasangannya, apa adanya. Jangan sampai di dalam hidup rumah tangga, ada 2 nahkoda. Seorang istri diciptakan untuk menjadi penolong bagi suaminya. Sementara suami harus mengasihi istrinya seperti mengasihi dirinya sendiri.
Semua itu tidak mudah dan tidak semua indah. Kita dihadapkan pada kesulitan dan tantangan. Yusuf dan Maria memberi teladan yang indah. Karena kerelaan untuk saling jadi berkat, saling melengkapi, tantangan yang berat tidak lagi jadi hambatan. Mereka tekun menjalaninya karena yakin dan percaya bahwa Allah sendiri menyertai, mendampingi, dan bersama mereka.
Hadiah yang biasa diberikan saat perkawinan berupa salib, mengingatkan cinta kasih Kristus yang mengingatkan cinta kasih suami istri; Rosario mengingatkan penyertaan Bunda Maria; dan Kita Suci yang dipakai sebagai pegangan dalam suka duka hidup rumah tangga.
Keluarga merupakan akronim dari: Kesabaran; Luas Hatinya,apakah kita punya hati yang luas mau mengampuni, memaafkan satu sama lain; Arahkan hidup pada Tuhan; dan Gantungkan harapan agar menjadi rumah tangga yang diberkati oleh Tuhan. Semua dalam usaha untuk mewujudkan keluarga yang damai sejahtera.
Usai syahadat, dilakukan pembaharuan janji perkawinan, antara suami dan isteri, antara anak dan orang tua (dan sebaliknya). Nyanyian tulang rusuk kemudian dinyanyikan bersama-sama, dipandu oleh pasangan Evan dan Monika.
Doa umat pun menjadi sebuah doa keluarga, yang seharusnya didoakan oleh sebuah keluarga. Sayang, tampanya petugas tidak dipersiapkan. Doa umat akhirnya didoakan oleh seluruh umat, dipandu langsung oleh Romo.
Hidup berkeluarga pada zaman kiwari memang tidak mudah, apalagi kalau berjalan sendiri. Maka undanglah Tuhan dalam keluarga kita masing-masing, niscaya perjalanan yang berat itu akan tetap dapat dijalani dengan penuh sukacita.