Minggu Prapaskah 2 (12 Maret 2017)
BcE. Kej. 12:1-4; 2Tim. 1:8b-10; Mat. 17:1-9
“………Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” (Mat. 17:5)
Ketiga bacaan hari ini cukup pendek dan isi pesannya sama yaitu sebagai orang beriman kita diajak untuk selalu taat dan setia kepada Allah dan Yesus Kristus. Dalam bacaan pertama diceritakan tokoh Abraham, yang selalu mendengarkan dan melaksanakan sabda/kehendak Allah. Karena ketaatannya atas panggilan Allah, ia meninggalkan keluarga, harta milik, dan tanah airnya. Berkat ketaatannya tersebut Allah menjanjikan berkat luhur yaitu menjadi bapak suatu bangsa besar, segala keturunannya akan dilimpahi dengan kesejahteraan, dan namanya masyhur.
Dalam Injil, di atas bukit Tabor ditegaskan lagi bahwa Yesus adalah Putera Allah, yang harus selalu didengarkan dan dilaksanakan sabda-Nya. Sebagai pengikut-Nya, kita diminta untuk mendengarkan sabda-Nya dan melakukannya. Secara jujur kita harus mengakui bahwa kita sering tidak taat terhadap iman kita, kita lemah, dan penuh keraguan. Padahal kita harus punya keyakinan bahwa Allah telah menentukan arah perjalanan hidup kita yaitu meninggalkan tanah kita sendiri menuju tanah terjanji. Itu berarti bersedia meninggalkan kekurangan, kelemahan, keterikatan akan kepentingan pribadi kita sendiri, supaya sungguh dengan kesetiaan dan ketaatan siap mendengarkan dan melaksanakan sabda Allah.
Ketaatan Yesus sebagai Anak yang dikasihi Allah ialah kerelaan-Nya untuk menderita dan wafat di kayu salib tetapi akan dibangkitkan kembali dan dimuliakan seperti yang dialami di gunung Tabor. Inilah pelajaran yang diberikan oleh Yesus kepada semua orang. Sungguh keliru pandangan kita, apabila kita hanya mau melihat dan mengalami kemuliaan Yesus dalam transfigurasi-Nya di Tabor tetapi tidak bersedia ikut menuju Yerusalem untuk menderita, agar dapat menemukan kemuliaan.