Kita telah memasuki masa Prapaskah, masa merenungkan kebaikan Tuhan dan kesediaan kita ikut serta dalam perjuangan-Nya memberi kehidupan yang lebih baik kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kita ingin belajar menekuni hidup dengan tegar dan berani menantang setiap kesulitan dalam keluarga, bersama Tuhan Yesus yang selalu memberi teladan mati raga dan ingkar diri.
Perjuangan kita sebagai keluarga harus menjadi perjuangan bersama, bukan hanya salah satu anggota saja. Keluarga yang baik adalah yang berani menjalani hidup sehari-hari dengan jerih lelah dan sukacita bersama-sama. Keluarga Katolik yang membanggakan adalah keluarga yang tangguh dan bersukacita dalam kebersamaan, meski pun perjalanan hidup tidak selalu mulus dan menyenangkan. Sukacita adalah hadiah terindah yang membawa kekuatan, meskipun tampaknya kita kurang beruntung atau bahkan dalam kekurangan. Penderitaan dunia ini akan terasa lebih ringan ditanggung ketika kita merasa dicintai, didukung, dan tidak sendirian. Setiap anggota keluarga: suami, isteri, anak, orang tua mempunyai peran yang mulia sebagai “pencipta sukacita” yang menguatkan itu, satu sama lain.
Gereja mengajak seluruh keluarga untuk berpantang dan berpuasa. Untuk mengajar setiap anggota keluarga kita berpuasa dan berpantang, setiap orang yang lebih kuat hidup berimannya berkewajiban mengajak dan menjadi “contoh” bagi yang imannya lebih lemah. Kesulitan menjalani masa prapaskah adalah soal disiplin menjalankan kewajiban rohani yang sering kita abaikan atau kita jalankan dengan setengah hati. Disiplin hidup rohani sangat penting, terutama ketika kita menghadapi godaan dari luar yang sering menggoda kehendak hati kita untuk melakukan yang kurang baik.
Latihan untuk melakukan kehendak yang baik adalah melalui “ingkar diri”, belajar mengingkari keinginan yang bersifat sementara, godaan kenikmatan, kesenangan, dan belajar membangun kekuatan mengatur keinginan diri sambil melihat kesulitan orang lain dan melakukan sesuatu yang berguna bagi mereka yang lebih menderita. Dengan cara ini, kita dapat membangun kepribadian yang lebih dewasa, bermartabat, karena mampu mengekang nafsu dan keinginan yang tak teratur.
Masa Prapaskah mengajak kita untuk dapat melayani sesama kita secara nyata, bukan hanya mendoakan, atau berharapan baik, kita harus berkotor tangan untuk melayani mereka yang membutuhkan kita. Inilah prapaskah yang membawa karya nyata untuk sesama dan memberi dukungan melalui relasi dan kehadiran kita kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, dan penyandang cacat (bdk. Mat.25:42). Panggilan ini membuat kita makin manusiawi dan menunjukkan “Sakramen Kasih” Allah sendiri.
Marilah menjalani masa prapaskah selama 40 hari dengan penuh kerinduan akan Tuhan, mempunyai semangat perubahan, dan membiarkan Tuhan mendidik kita untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. 40 hari ini menjadi semacam retret panjang bagi kita dan keluarga, umat pilihan Allah. Semoga kita dapat menjalani masa ini dengan baik, berdisiplin menjalani masa tobat dan kemudian meraih kemenangan di hari Paskah Tuhan Yesus nanti. Sejak kecil, anak-anak boleh diajak untuk ikut serta merasakan hal-hal sederhana yang melatih mereka menjadi dewasa dalam iman dan kepribadian. Gantilah menu-menu mewah dengan yang sederhana, agar anak-anak melihat kesungguhan orang tuanya mengimani Prapaskah.
Jangan adakan pesta selama Prapaskah dan ingatkan anak-anak untuk menghadiri acara Ekaristi Prapaskah Gereja setiap hari Minggu dan Jalan Salib setiap hari Jum’at. Selamat Menjalani Masa Penuh Rahmat, Masa Prapaskah, Masa Retret Iman kita bersama