Penerimaan Sakramen Tobat menjelang pekan suci tahun ini, berjalan sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tak lain karena pada hari Jumat itu, 31 Maret 2017, penerimaan Sakramen Tobat tidak “berjalan sendiri”, tetapi didahului oleh 2 acara lain: Ibadat Jalan Salib yang diteruskan dengan Perayaan Ekaristi harian. Maka, jam dimulainya ibadat Jalan Salib pun dimajukan 30 menit (17.30), digunakan teks ibadat yang lebih singkat dan tidak diadakan ibadat tobat.
Romo Gandhi yang memimpin Misa. Dalam homilinya beliau bertanya, bagaimana disposisi batin kita dalam setiap rangkaian Misa untuk mengenang Yesus yang merelakan diri-Nya ditangkap. Yesus ditangkap bukan karena sial atau tidak beruntung, tetapi karena Yesus percaya jikalau itu sudah waktunya. Boleh saja kita memanipulasi waktu sebagai manusia, akan tetapi jika Allah mengatakan sudah waktunya, maka kita sebagai manusia hanya bisa menerimanya. Beliau juga menantang seluruh umat beragama menerima kedatangan Yesus dalam kerangka pertobatan.
Tak lupa beliau pun menyarankan seluruh umat agar setelah Misa dapat mengikuti pengakuan dosa. Marilah memanfaatkan kesempatan ini, dimana Allah telah memberikan kasih yang luar biasa melalui penerimaan Sakramen Tobat.
Setelah misa selesai, sebagian umat memilih pulang, sementara sebagian besar langsung menuju tempat dimana para Imam telah mempersiapkan diri untuk menerimakan Sakramen Tobat. Mereka mengantri dengan sabar di pintu-pintu ruang pengakuan. Ada 7 orang Imam yang melayani umat, 2 diantaranya adalah Imam dari St. Martinus, Rm. Sahid dan Rm. Gandhi. Selebihnya 5 orang Imam berasal dari paroki di wilayah Dekanat Selatan.
Hampir 2 jam, akhirnya pengakuan pun selesai. Mereka yang telah menerima Sakramen Tobat, pulang dengan kelegaan yang luar biasa, karena telah berdamai dengan Tuhan dan sesama, siap menyambut pekan suci.