Jumat Agung: Allah yang Begitu Mengasihi Kita

Aneka perayaan di Jumat Agung dimulai dengan ibadat Lamentation, pada pukul 7.00. Fr. Otto bersama ketiga pemazmur, memimpin ibadat ini. Umat yang hadir cukup banyak. Ibadat berjalan khusuk dan dilanjutkan dengan jalan salib berkeliling halaman parkir gereja, yang dipimpin oleh Fr. Bowo.

Hampir pukul 8.45 ketika mereka sampai pada perhentian jalan salib yang terakhir. Rm. Gandhi yang menemani sejak awal ibadat Lamentation, mengingatkan umat bahwa Jumat Agung adalah hari puasa dan pantang. Umat diajak untuk meneruskan puasa dan pantang itu hingga hari sabtu suci. Akhirnya berkat dari Rm. Gandhi menuntaskan ibadat pagi itu. Ternyata cukup banyak umat yang ikut pada ibadat pagi itu, memilih untuk tidak pulang. Mereka menunggu ibadat jumat agung pukul 11.30. Saat itu cuaca cukup cerah, meskipun awan mendung sempat terlihat. Umat sudah berdatangan ke gereja sejak pukul 10.30. Setengah jam sebelum Misa, kondisi gereja sudah dipadati oleh umat.

Ibadat jumat agung yang pertama ini dipimpin oleh Rm. Sahid. Passio dari inji l Yohanes, dibawakan oleh 4 orang pemazmur. Dalam homili singkatnya, Rm. Sahid mengingatkan bahwa, sengsara tanpa salib Yesus adalah neraka, mati tanpa kematian Yesus adalah kegelapan belaka. Maka marilah kita jalankan semua itu, kesengsaraan bahkan kematian pun dalam nama Tuhan.

Ibadat jumat agung yang kedua, pada pukul 15.00 dipimpin oleh Rm. Agam, SJ. Walaupun hujan rintik menemani, kehadiran umat tetap memenuhi gereja dan gedung bina iman anak. Rm. Agam mengingatkan bahwa dalam peristiwa salib, Allah menyembunyikan ke-Allah-annya, ke-mahakuasaan-Nya, demi cinta-Nya kepada manusia. Ia mencintai kita bukan hanya sampai merasa sakit hati, bahkan sampai mati.

Ia adalah Allah yang rela berdarah-darah demi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita alami bahwa sesuatu yang baik biasanya merupakan hasil dari perjuangan yang tidak mudah. Untuk menjadi keluarga yang baik, tentulah butuh pengorbanan diri dari setiap anggotanya.

Kisah sengsara sekaligus menjadi bukti yang paling kuat bahwa Allah hadir dalam penderitaan dan kegelapan hidup manusia yang paling dalam. Ia tidak pernah meninggalkan kita. Maka saat menghadapi situasi sulit, dimana solusi tak kunjung ditemukan dan jalan terasa berat, kita diajak berjuang untuk tetap setia kepada Allah, bukan mencari jalan pintas.

Sebuah refleksi diberikan, apakah aku mau dan mampu untuk terlibat dalam tahun kering dan panas teriknya kehidupan sesamaku? Merangkul (consummar) kesulitan mereka, ataukah justu “menghabisi” (consumere) mereka? Ketika kita merangkul mereka, di sanalah kita akan bertemu dengan Allah yang menyembunyikan diri.

Ibadat terakhir yang dipimpin oleh Rm. Gandhi, terasa sedikit berbeda. Kali ini Rm Gandhi terlibat didalam passio. Memang demikianlah seharusnya, sejauh dimungkinkan. Seorang imam menjadi simbol dari Kristus sendiri.

Dalam homilinya, Rm. Gandhi mengingatkan bahwa perbedaan cara pandang akan menghasilkan tindakan dan prinsip hidup yang berbeda-beda. Bagi orang Yahudi, kematian Yesus di salib adalah suatu batu sandungan. Itu adalah tanda bahwa Ia orang yang dikutuk Tuhan. Bagi orang Yunani Salib adalah sebuah kebodohan. Bagi orang Kristiani, kematian Yesus bukanlah suatu titik akhir. Ia dibangkitkan oleh Allah. Kebangkitan-Nya merupakan jaminan bagi kita.

Nah, Rm. Gandhi bertanya, salib yang kulihat hari ini tuh sebagai salib apa? Bagaimana aku memandang salibku? Apakah sebagai sebuah kebodohan atau sungguh sebuah salib yang mau ditancapkan dalam hidup ini.

Ibadat jumat agung selalu dimulai dengan perarakan yang sepi memasuki gereja dengan tabernakel yang kosong, keheningan yang menyelimuti. Imam melakukan penghormatan altar dengan menelungkup, tanda sikap rendah hati dan kedukaan mendalam. Tempat air suci pun kosong. Passio yang cukup panjang, penghormatan salib (lumrahnya dengan dicium), dan doa umat meriah. Inilah satu-satunya hari tanpa Misa. Setelah doa umat, umat diberi kesempatan untuk menerima komuni, memetik buah dari salib. Hosti kudus ini adalah hosti yang dikonsekrasikan dalam Misa Kamis Putih.

Baptisan:
Baptisan balita diadakan per 2 minggu sekali, baptisan dewasa per 1 tahun sekali.

Formulir dapat diunduh melalui tautan berikut:


Pernikahan:

Sakramen pernikahan dapat diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Perminyakan:
Sakramen perminyakan sesuai dengan janji. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Data Wilayah

Baru pindah rumah dan tidak tahu masuk ke wilayah mana dan harus menghubungi siapa?

Jangan panik! Mang Umar ada solusinya! Silahkan kamu cek link ini untuk mencari data wilayah di paroki St. Martinus

Jadwal Pelayanan Sekretariat

Senin, Rabu, Kamis, Jumat: 07.30 – 12.00 & 16.40 – 19.00
Selasa, Sabtu: 07.30 – 12.00
Hari Minggu dan hari libur tutup

Alamat Sekretariat
Komplek Kopo Permai Blok H No. 4
Telp. 022-540-4263
Whatsapp +62 822-6055-3066

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin – Sabtu di gereja pukul 06.00. Misa di Pastoran sementara waktu ditiadakan.

Minggu:
• 06.00
• 08.00
• 10.00

Sabtu:
• 18.00

COPYRIGHT © 2015 BERGEMA BY TIM KOMSOS ST. MARTINUS.