Matahari sore terasa terik menusuk kepala hingga sekujur badan. Suasana dalam gereja pun begitu panas, namun keheningan Ekaristi sangat terjaga. Perayaan Ekaristi Kamis Putih yang dilaksanakan pada hari Kamis, 13 April 2017 dipimpin oleh Rm. Sahid. Terasa sangat khusyuk dan hikmat. Misa diawali dengan penjelasan tentang perayaan kamis putih oleh Fr. Otto. “Kita harus bangga akan salib Tuhan kita, Yesus Kristus” membahana dan mengiringi perarakan misdinar dan imam, memasuki gedung gereja. Tabernakel kosong.
Dalam homilinya, Rm. Sahid mengingatkan bahwa dalam keadaan apapun Allah selalu Maharahim, dahulu, sekarang dan yang akan datang. Manusia, pendosa itu, dicari-Nya, diangkat-Nya. Allah mau membagikan Sangkan Paraning Urip dan keselamatan.
Lewat perjamuan Kamis Putih, Allah menjadi hamba untuk melayani manusia. Dalam Yesus Kristus, Ia mencuci kaki manusia yang berdosa supaya layak ikut perjamuan kudus. Aku berasal dari atas, dan akan membawamu kembali ke atas. Supaya selamat dan hidup bersama Aku.
Ia mau menunjukan betapa kasih Tuhan terhadap manusia. Kita yang begitu rendah didatangi Tuhan, untuk menerima asal usul dari Tuhan, diangkat bersama dengan Tuhan. Supaya dengan perbuatan itu kita meneladani-Nya, saling mengasihi dan melayani di tengah-tengah umat dan masyarakat.
Perayaan Ekaristi Kamis Putih pukul 20.00 yang dipimpin oleh Rm. Gandhi diawali dengan hujan rintik. Kali ini giliran Fr. Bowo yang membacakan penjelasan kamis putih.
Dalam homilinya, Rm. Gandhi mengingatkan bahwa memasuki Trihari Suci, gereja mengajak kita untuk mengenangkan 5 misteri iman: pelayanan/pembasuhan kaki, perintah untuk mengasihi, ekaristi, imamat, dan memoria passionis (kenangan akan sengsara).
Empat hal yang menjadi spirit dalam perayaan Ekaristi Kamis Putih yaitu: kasih, kerendahan hati, ketulusan dan kesederhanaan. Ada 3 jalan iman yang dapat digunakan untuk menggapai 4 spirit ini, yaitu: 1) teguhkanlah iman dengan kasih yang saling memahami bukan menghakimi, saling memberkati bukan menyakiti; 2) layanilah Tuhan, melayani yang ilahi lewat kehadiran yang insani; 3) ikutlah perjamuan.
Lewat kamis putih, ekaristi mendapat bentuk awalnya. Dalam halini Guru kita memberikan teladan yang sangat luar biasa. Verba Voment Exempla Trahunt (kata-kata bisa menguap, tetapi teladan pasti menyentuh hati). Kita diajar untuk tidak egois dan tetap rendah hati. Dalam misa ini umat ditantang habis-habisan oleh Rm. Gandhi tentang teladan orang tua dalam hal mencintai dengan tulus, komitmen dalam kehidupan, dan kejujuran. Pelayanan itu sebenarnya suatu hal yang tidak bisa lepas dalam kehidupan kita sebagai manusia. Kita akan menjadi sungguh sangat bahagia jika kita sudah melayani sesama dan orang lain di sekitar kita.