Sabtu, 15 April 2017. Tak terasa malam paskah pun tiba. Misa pertama pukul 17.00. Kehadiran umat sejak pukul 15.30 menggambarkan antusiasme mereka untuk menghadiri misa ini, walaupun hujan deras mengguyur. Sesaat misa akan dimulai, hujan pun berhenti.
Misa sore itu dipimpin oleh Rm. Sahid, berkonselebrasi dengan Rm. Gandhi. Upacara dibuka dengan liturgi cahaya, pemberkatan lilin paskah. Sesudah lilin paskah sampai di altar, para misdinar mengambil cahayanya sebagai lambang terang dari Tuhan yang sudah bangkit, dan membagikannya kepada umat. Fr. Otto pun membawakan excultet.
Dalam homilinya, Rm. Sahid mengutip perkataan Kardinal Newman, “Aku tidak pernah mati, karena aku tidak pernah berkhianat kepada Sang Cahaya Hidupku”. Sejak lahir Yesus mengatakan, “Emanuel, Allah berserta kita” dan setelah wafat Ia yang bangkit pun mengatakan “ Aku bangkit, Aku menyertai kamu sampai akhir zaman”. Dia yang bangkit, Dia yang hidup, Dia selalu hadir dan merubah kita agar mempunyai kekuatan Ilahi untuk menjadi manusia cinta dan menyelamatkan seperti Yesus sendiri.
Kebangkitan adalah perwujudan kasih yang sungguh-sungguh. Paskah artinya menang atas maut dan dosa. Kasih memang tidak bisa dikalahkan. Ketika kita mengandalkan Tuhan yang bangkit dan tetap hidup dalam diri kita, maka kita akan berani berkata, “Yesus yang kuterima tidak akan membuat aku mati, karena aku tidak pernah mengkhianati Sang Cinta. Justru akan membuat segalanya menjadi aman, nyaman dan mapan”.
Misa kedua dimulai pukul 21.00. Walaupun sudah malam, dan sudah waktunya untuk tidur, seputar gereja dan sebagian gedung BIA tetap dipenuhi umat. Gelap gulita saat memulai acara ini, terasa kian menggigit. Umat diajak untuk hening dan merenungkan sengsara dan wafat Kristus juga merasakan sukacita sambil berjaga menantikan kebangkitan Tuhan.
Misa malam ini dipimpin oleh Rm. Gandhi. Exultet pun dibawakan oleh Rm. Gandhi. Lewat homilinya, romo Gandhi mengajak kita untuk berjaga-jaga bersama Allah. Dua tantangan disampaikannya, “percayakah kita, sebagai orang berdosa, dapat menjadi saksi cinta kasih Allah? Percayakah kita bahwa diri kita dipakai oleh Allah untuk menjadi saksi Kristus?”. Umat pun diharapkan dapat berbagi kabar sukacita kepada sesama, seperti Maria Magdalena dan Maria yang lainnya. Mereka membagikan kabar sukacita saat mengetahui bahwa Kristus telah bangkit dan mengalahkan maut.
Perayaan semakin terasa megah berkat lagu-lagu yang dibawakan oleh Koor OMK St. Martinus. Mereka bernyanyi dengan bersemangat, walau waktu sudah menuju tengah malam. Sebelum menutup misa dengan berkat, Romo Gandhi kembali menunjukan kebolehannya dalam bernyanyi, “terima kasih cinta”, diiringi piano yang dimainkan oleh Rio. Misa malam paskah itu berakhir kira-kira pukul 23.45.
Acara masih berlanjut dengan makan bersama aneka kudapan ringan: pisang rebus, singkong dan ubi rebus dan bajigur. Baru sekitar pukul 01.00, gereja benar-benar sepi.