Bacaan Ekaristi : Yeh. 37:12-14; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Rm. 8:8-11; Yoh. 11:1-45
Dalam homilinya pada Misa Hari Minggu Prapaskah V, 2 April 2017, di Carpi, Italia, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kita masing-masing membawa dan memiliki beberapa jenis makam di dalam hati kita, entah dari dosa atau penderitaan. Kita bisa tetap terpaku dalam kesengsaraan, hanya berfokus pada diri kita sendiri, atau kita bisa membiarkan Yesus datang ke tempat itu dan menyembuhkannya.
Makam kecil kita adalah beberapa daerah yang sedikit matidalam hati: sebuah luka, sebuah cedera yang diderita atau diperbuat (terhadap kita), sebuah kepahitan yang tidak kunjung reda, penyesalan yang datang kembali, sebuah dosa yang tidak dapat diatasi. Hari ini, kita kenali makam kecil kita dan mengundang Yesus ke sana.
Seringkali, kita tergoda untuk menyembunyikan kelemahan dan dosa kita dari Allah, dan tetap tinggal pada mereka. Sering kali kita lebih suka menyendiri dalam gua-gua gelap yang kita miliki di dalam batin. Kita tergoda untuk selalu melihat diri kita sendiri, mengeram, dan tenggelam dalam penderitaan, menjilati luka-luka kita, daripada pergi kepada-Nya, yang mengatakan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Yesus tidak mencoba melarikan diri dari penderitaan, tetapi Ia juga tidak terjebak dalam pesimisme atau kemuraman. Sebaliknya, Ia membawa harapan, dengan menyatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”.
Dalam mengikuti Yesus, kita belajar untuk tidak mengikat kehidupan kita dekat dengan persoalan yang mengacaubalaukan. Akan selalu ada persoalan. Ketika kita menyelesaikannya, segera datang persoalan lainnya. Yang bisa kita lakukan adalah mengikatkan diri pada satu hal yang langgeng dan tidak berubah – Yesus. Bersama-Nya sukacita tinggal di dalam hati, harapan terlahir kembali, rasa sakit berubah menjadi ketenangan, takut menjadi percaya diri, bukti karunia kasih.
Kita harus memutuskan jalan mana yang harus diambil: samping makam atau samping Yesus. Tidak peduli betapa berat dosa-dosa masa lalu kita, malu atau sakit hati. Dengan rahmat Kristus, kita bisa menggulingkan batu yang menjaga yang menghalangi-Nya dari hati kita. Ketika dikunjungi dan dibebaskan oleh Yesus, kita memohon rahmat untuk menjadi saksisaksi kehidupan di dunia yang kehausan ini. Saksi yang membangkitkan dan membangunkan harapan akan Allah dalam hati yang letih dan terbebani oleh kesedihan.
Di akhir homilinya, Beliau mengatakan, “Pewartaan kita adalah sukacita Tuhan yang hidup, yang masih mengatakan, seperti dalam Yehezkiel: ‘Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya'”.