“Terpujilah wahai engkau, ibu bapak guru. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku.” Merupakan kutipan dari lagu “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” yang diciptakan oleh Sartono. Lagu ini menceritakan betapa besar jasa para guru bagi para siswa. Guru adalah soko orang tua di sekolah.

Pepatah mengatakan, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” mau menggambarkan betapa para siswa-pada umumnya- mengikuti teladan yang diberikan oleh orang yang dituakan atau sosok yang ia hormati.

Sebagai umat Katolik, kita memiliki guru utama yaitu Tuhan Yesus. “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” (Yoh 13:13) Ia adalah sosok yang paham betul tentang panggilan hidup-Nya. Ia menjalankan panggilan itu dengan setia dan meminta kita untuk mengikuti apa yang telah Ia teladankan.

Tiga tulisan tentang Topik utama edisiini, sayang kalau anda lewatkan. Ada catatan dari Sarasehan Liturgi hari ke-2, membahas tentang Ekaristi. Di samping itu, ada berita dari kegiatan seputar akhir masa Prapaskah kita. Diantaranya pertemuan APP ala OMK, lengkap dengan wujud nyatanya dengan membersihkan area seputar gereja. Tak ketinggalan, berita perjalanan Pekan Suci kita bersama. Komplit. Semoga anda yang tidak ber-Pekan Suci di St. Martinus, masih dapat merasakan getaran kehangatannya. Jangan lupa, kita segera memasuki bulan Mei, bulan Devosi bagi Bunda Maria. Coba, apa kata Mang Umar tentang hal ini?

Kita, warga Martinus pun memiliki sosok seorang guru. Dialah Romo “Eyang” Sahid. Rasanya, beliau juga memahami betul salah satu dari 3 tugasnya sebagai seorang Imam, yaitu mengajar. Ketika seorang guru memahami panggilan hidupnya dan menjalaninya dengan setia, barulah ia layak untuk “Digugu Ian Ditiru”, dipatuhi dan diikuti (perilakunya). Selamat membaca