Allah Bersabda (6)
“Tuhan bersamamu” adalah dialog awal saat Imam akan memaklumkan Injil yang menyatakan kehadiran Kristus. Dijawab umat, “Dan bersama rohmu” dengan sikap tubuh berdiri sebagai tanda kesiapan diri dan penghormatan untuk mendengarkan Kristus yang akan bersabda.
Setelah dialog awal (pertukaran salam), Imam memberitahukan asal Bacaan Injilnya: “Inilah Injil Yesus Kristus menurut……..(Matius/Markus/Lukas/Yohanes)”. Kemudian umat menyatakan kemuliaan Tuhan atas Sabda-Nya yang akan dimaklumkan dengan menjawab “Dimuliakanlah Tuhan”. Pada saat umat menyerukan aklamasi ini, Imam membuat tanda Salib kecil pada bagian teks yang akan dimaklumkan, kemudian Imam pun menandai dirinya dengan tiga tanda Salib kecil. Umat melakukan hal yang sama pada dahi, bibir, dan dada. Apa arti tiga tanda Salib tersebut? Kita harus menghayati Injil secara utuh, yaitu lewat pikiran (dahi = kepala/otak), lewat kata (bibir = mulut), dan dalam tindakan nyata melalui perbuatan yang terdorong oleh hati (dada). Atau dengan perkataan lain, kita bersedia membuka budi terhadap Sang Sabda, kita mau mengakuinya dengan mulut, dan menyimpannya dalam hati.
Dalam Misa Agung (Misa Meriah/Misa Hari Raya) terdapat ritus penghormatan Injil/Evangeliarium dengan mendupainya. Saat umat menyanyikan Bait Pengantar Injil, imam mengisikan dupa/kemenyan ke dalam alat pendupaan (wiruk) yang dibawa oleh misdinar.
Setelah imam membuat tiga tanda Salib kecil tadi, Evangeliarium didupai oleh imam dengan menggoyang wiruk sebanyak tiga kali (tengah-kiri-kanan). Selama pembacaan Injil, pendupaan tetap berlangsung yang dipegang oleh misdinar dengan mengusahakan agar asap dan aroma dupanya tetap mengepul dan tercium untuk membangun suasana sakral dan penghormatan selama Tuhan bersabda. Tapi harap diingat, sarana ini jangan sampai malah mengacaukan ritus agung ini. Maksudnya jangan sampai umat malah terganggu dengan adanya asap dupa tersebut, yang menyebabkan batuk atau mabuk sehingga pembacaan Sabda Tuhan menjadi tidak khusuk.
Selain itu, dalam Misa Agung, terdapat kebiasaan cara penyampaian bacaan Injil dengan dinyanyikan. Cara membawakan seperti ini merupakan salah satu bentuk pemuliaan Injil dalam Liturgi Sabda. Bukan semata-mata supaya bacaan itu menjadi lebih menarik untuk didengarkan, namun terutama demi keagungan Sabda Tuhan itu sendiri.
Bacaan Injil diakhiri dengan aklamasi penutup yang dinyanyikan oleh imam. Dalam buku TPE (Tata Perayaan Ekaristi 2005) terdapat tiga pilihan aklamasi sesudah Injil. Yang sering digunakan adalah cara kedua (lagu 2): “Berbahagialah orang yang mendengarkan….” dan umat menjawab “Sabda-Mu adalah jalan……”. Maksud aklamasi ini adalah umat menyatakan rasa sukacita dan bersyukur karena telah bertemu dan mendengarkan Yesus Kristus – Sang Sabda yang hidup.