Mendalami dan Menikmati Mazmur 137

Mazmur ini terkenal karena sering dipakai dalam liturgi Gereja Katolik (terutama Brevirium). Menjadi populer karena sebuah kelompok musik Afro Amerika (Boney M) pada tahun 60-an dan 70-an mengangkat Mazmur 137 ini sebagai teks lagu pop reage mereka: By the river of Babylon.

Mazmur ini cukup pendek: terdiri atas 9 ayat. Untuk memahaminya, saya membaginya menjadi dua bagian: Bagian 1: ayat 1-6 dan bagian 2: ayat 7-9.

Dalam ayat 1 pemazmur seperti terseret ke dalam lamunan nostalgia, mengenang nasib tragis mereka di pembuangan babel. Saat itu mereka duduk di tepi sungai babel (mungkin eufrat dan tigris, atau kanal-kanal di kota itu) sambil menangis karena teringat sion (Yerusalem). Mereka menggantung kecapi mereka pada pohon gandarusa di tepi sungai itu (ayat 2).

Dalam ayat 3 kita melihat sebuah situasi kontras: mereka menangis sedih, tetapi orang yang menawan mereka meminta agar mereka menyanyikan nyayian sukacita. Di sini kepedihan dan kesedihan menjadi-jadi. Wajar. Mereka sedang berduka, tetapi dipaksa untuk bernyanyi suka. Sangat paradoksial.

Paradoks itulah yang melahir pertanyaan retoris (ayat 4): para penindas meminta diperdengarkan nyanyian dari Sion. Itu artinya nyanyian yang berasal dan biasanya dinyanyikan di tempat kudus di Yerusalem. Bagi orang Israel, nyanyian di tempat kudus hanya boleh dinyanyikan di tempat kudus. Tidak bisa dan tidak boleh dinyanyikan di sembarang tempat. Mereka tidak boleh menyanyikan nyanyian Tuhan di tanah asing, tanah najis. Tetapi mereka dipaksa berbuat begitu. Terjadilah penindasan berlapis-lapis: penindasan fisik dan penindasan rohani sekaligus. Jadi pembuangan adalah sebentuk penindasan total.

Dari dalam situasi tertindas seperti inilah muncul janji dan sumpah dalam ayat 5-6. Sumpah itu diucapkan secara bersyarat setelah peristiwa itu terjadi. Ini terasa aneh. Pemazmur bersumpah: pertama, biarlah menjadi kering tangan kananku jika aku melupakan engkau Yerusalem (padahal ia melupakan). Kedua, biarlah lidahku melekat pada langit-langitku jika aku sampai melupakan engkau Yerusalem (kenyataannya ia lupa). Perhatikan baik-baik bahwa ayat 5-6 ini mempunyai struktur khusus: dimulai dengan jika (kondisional) lalu disusul dengan janji (ayat 5). Ayat 6 mempunyai struktur yang terbalik, dimulai janji, disusul dengan sebuah syarat (jika).

Ayat 5 memakai kata “lupa” sedangkan ayat 6 memakai frasa “tidak ingat”. Tangan kanan umumnya digunakan untuk bekerja. Kalau tangan kanan itu dipotong, itu sama dengan tidak bisa bekerja, berarti tidak dapat makan. Artinya kematian. Lidah adalah alat tutur, dipakai untuk berbicara. Mungkin itu sebabnya dalam bahasa inggris kata tongue dipakai untuk bahasa maupun untuk lidah. Yerusalem sebagai sumber dan puncak sukacita. Jika ini semua tidak lagi diingat, maka hal itu sama dengan kematian.

Akhirnya, saya memberi catatan khusus untuk ayat 7-9, yang tidak dipakai dalam liturgi gereja (doa-doa, berviarium, bacaan liturgis). Isinya kejam, berupa dendam dan kekerasan ngeri. Liturgi kita sangat selektif dalam menyaring teks kitab suci yang dibacakan dalam perayaan liturgi komunal. Ini adalah salah satu tanda bahwa liturgi mempunyai otoritas kanonnya sendiri: tidak otomatis teks yang masuk kanon, bisa masuk ke dalam kanon liturgis.

Ada dua bangsa yang disebut disini. Pertama Edom. Diduga mereka ikut membatu babel saat menghancurkan Yerusalem. Mungkin Edom menghendaki penghancuran itu. Kedua Puteri Babel. Mereka ini dicap sebagai orang yang suka kekerasan. Pemazmur berharap ada yang bakal membalas semua kekejaman dan kekerasan yang mereka lakukan pada suatu saat di masa yang akan datang. Tindakan balas dendam yang setimpal dengan apa yang telah mereka lakukan terhadap Yerusalem di masa silam.

Ayat 9 itu mengerikan. Ia berharap akan ada kekejaman seperti itu di masa depan, sebuah aksi balas dendam atau kekejaman yang sama dilakukan sebelumnya. Intuisi liturgis gereja sangat tepat. Gereja tidak mengadpsi hal ini dalam liturgi, karena itu sama dengan mengajarkan balas dendam, membangkitkan rantai kekerasan. Hal yang bertentangan dengan ajaran kasih Tuhan Yesus. Ketika Petrus memakai kekerasan dalam penangkapan Yesus di taman Getsemani, Tuhan meminta Petrus agar tidak memakai pedang, sebab hal itu akan mendatangkan mata rantai kekerasan berkepanjangan. Dari salib Tuhan Yesus mengajarkan cinta kasih dan pengampunan atas mereka yang menyebabkan terjadinya sengsara dan penderitaan itu.

Baptisan:
Baptisan balita diadakan per 2 minggu sekali, baptisan dewasa per 1 tahun sekali.

Formulir dapat diunduh melalui tautan berikut:


Pernikahan:

Sakramen pernikahan dapat diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Perminyakan:
Sakramen perminyakan sesuai dengan janji. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Data Wilayah

Baru pindah rumah dan tidak tahu masuk ke wilayah mana dan harus menghubungi siapa?

Jangan panik! Mang Umar ada solusinya! Silahkan kamu cek link ini untuk mencari data wilayah di paroki St. Martinus

Jadwal Pelayanan Sekretariat

Senin, Rabu, Kamis, Jumat: 07.30 – 12.00 & 16.40 – 19.00
Selasa, Sabtu: 07.30 – 12.00
Hari Minggu dan hari libur tutup

Alamat Sekretariat
Komplek Kopo Permai Blok H No. 4
Telp. 022-540-4263
Whatsapp +62 822-6055-3066

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin – Sabtu di gereja pukul 06.00. Misa di Pastoran sementara waktu ditiadakan.

Minggu:
• 06.00
• 08.00
• 10.00

Sabtu:
• 18.00

COPYRIGHT © 2015 BERGEMA BY TIM KOMSOS ST. MARTINUS.