Minggu Biasa ke XII – 25 Juni 2017
BcE. Yer. 20 : 10 -13; Rm. 5 : 12 – 15; Mat. 10 : 26 – 33
Sidang kasus penistaan agama yang dilakukan (mantan) gubernur DKI Jakarta, Basuki Cahaya Purnama alias Ahok, menyita perhatian masyarakat Indonesia belakangan ini. Jaksa penuntut umum pun telah memutuskan bahwa Ahok dijatuhi hukuman 2 tahun kurungan penjara. Pro dan kontra turut menyertai kasus ini. Massa terbagi dua, ada yang setuju terhadap keputusan pengadilan dan ada yang tidak setuju. Ahok sendiri dengan besar hati menerima keputusan pengadilan itu dan meminta para pendukungnya untuk mematuhi hukum yang berlaku.
Gambaran peristiwa yang dialami oleh Pak Ahok, ternyata dialami juga oleh nabi Yeremia pada zamannya. Yeremia berkeluh kesah kepada Allah karena para musuhnya berlomba-lomba mencari kesempatan untuk menjatuhkannya. Mereka mencari kesempatan untuk mengadukan Yeremia ke depan hukum agar dapat melakukan pembalasan terhadap Yeremia. Mereka ingin membunuhnya karena ia mewartakan kebenaran yang sebenarnya harus mereka dengarkan.
Namun segala usaha mereka gagal total sebab Allah menyertai nabi-Nya (bdk. Yer. 20 : 10 -13). Serupa dengan Yeremia, Yesus pun mengalami hal yang sama. Bahkan Yesus rela wafat di kayu salib sebagai konsekuensi dari tugas pewartaan-Nya. Karena itu, melalui bacaan Injil hari ini (Mat. 10 : 26 – 33), Yesus mengingatkan kita sebagai pengikut-Nya, agar kita tidak perlu takut terhadap segala macam bentuk penindasan yang akan kita temukan dan alami. Tidak perlu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh/fisik. Kita harus lebih takut kepada Dia yang berkuasa membinasakan jiwa maupun badan. So, tunggu apalagi….wartakanlah dengan lantang apa yang sebenarnya harus kita wartakan karena Allah senantiasa menyertai kita.