Mazmur berjudul, “Nyanyian syukur atas pertolongan” ini cukup singkat, hanya terdiri atas 8 ayat. Pemazmur mengalami pertolongan Tuhan, maka ia melambungkan nyanyian syukur seperti yang tertera dalam teks Mazmur ini. Mazmur dipahami dalam tiga bagian. Bagian I, ayat 1-3.
Bagian II, ayat 4-6. Bagian III, ayat 7-8. Dalam ayat 1 Pemazmur menyatakan niatnya untuk menghaturkan syukur kepada Tuhan. Ucapan syukur itu dilakukan dengan segenap hati. Mata dan hatinya hanya terarah kepada Allah yang berdiam di Yerusalem yaitu Bait Suci-Nya. Itu sebabnya, pemazmur mengarahkan pandangannya ke Bait Suci (ay. 2) untuk memuji nama-Nya. Kira-kira seperti Qiblat dalam tradisi berdoa Muslim. Ada tiga alasan untuk pujian tersebut: karena Tuhan itu kasih, Tuhan itu setia, dan karena nama dan janji Tuhan melampaui segala sesuatu. Pemazmur merasa bahwa doanya dikabulkan Tuhan sehingga ia merasa bahwa jiwanya semakin kuat (ay. 3).
Dalam bagian II (ay. 4-6), pemazmur melukiskan reaksi para bangsa di bumi ini yang diwakili para raja. Mereka bersyukur kepada Tuhan karena mendengar janji Tuhan (ay. 4). Mereka mengalami besarnya kemuliaan Tuhan
sehingga mengungkapkan rasa syukur itu dengan nyanyian-nyanyian. Secara khusus di sini disebutkan juga jalan Tuhan (ay. 5). Di akhir dari bagian ini (ay. 6) ada pelukisan mengenai salah satu sifat Tuhan: Tuhan itu tinggi tetapi ia peduli pada orang hina.
Dalam bagian III (ay. 7-8), pemazmur kembali kepada pengalaman pribadinya akan Tuhan. Misalnya, saat ia merasa berada dalam kesesakan, atau diterpa amarah para musuhnya (ay. 7). Ia yakin bahwa pada saat mengalami situasi-situasi yang sulit, Tuhan tetap membantu dia (mempertahankan hidupku, mengulurkan tangan-Nya, secara khusus disebut tangan kanan). Pemazmur merasa bahwa berkat campur tangan Tuhan, ia selamat.
Di awal ayat 8 kita menemukan salah satu ungkapan keyakinan iman si pemazmur. Berdasarkan pengalaman dan keyakinannya, pemazmur yakin, justru ketika kita tidak berdaya, dan dalam keadaan “diam” itulah, Tuhan bertindak. Dengan tegas ia berkata: TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Kirakira seperti dikatakan dalam ungkapan para penulis rohani dewasa ini: Tatkala kita ANGKAT TANGAN (menyerah), maka Tuhan pastin TURUN TANGAN (membantu). Itulah misteri pengalaman iman.
Itulah sebabnya di bagian akhir Mazmur ini (ay. 8) pemazmur mengungkapkan keyakinan imannya lagi tentang pengalaman akan Tuhan. Tuhan itu penuh kasih setia (hesed). Kasih setia Tuhan itu kekal (berlangsung selamanya). Dengan bekal keyakinan itu, si pemazmur berharap agar Tuhan tidak meninggalkan ciptaan-Nya (yaitu seluruh makhluk hidup yang telah diciptakan Tuhan Allah). Dengan demikian doa si pemazmur tidak lagi sekadar bersifat personal melainkan bersifat meluas. Luar biasa. Tampak jelas, bahwa di bagian akhir Mazmur ini si pemazmur keluar dari kungkungan lingkaran egonya sendiri dan masuk ke dalam kepedulian dan keprihatinan yang lebih luas dan besar