Rekoleksi Para Budak Liturgi Gereja St. Martinus
Pada hari Sabtu, 3 Juni 2017 telah diseleng garakan rekoleksi bagi sekitar 50 orang petugas liturgi paroki St. Martinus. Mereka terdiri dari kelompok misdinar, prodiakon, pemazmur, lektor, kelompok koor, dan tata terti .
Rekoleksi bertema “Spiritualitas Pelayanan dalam Gereja Katolik” dengan sub tema “ Beragam Itu Lebih Asyik Lho … ” diselenggarakan diruang multimedia/Melkisedek, dari pukul 09.15 hingga pukul 13.00.
Pada sesi pertama, Romo Gandhi memberikan materi yang berkaitan dengan seluruh ritus dalam Ekaristi. Romo Gandhi juga menjelaskan motto pentahbisannya yaitu, “Dia yang dilayani harus semakin besar dan aku harus semakin kecil.” Lewat kisah tentang kasih sayang seorang menantu terhadap mertuanya, disampaikan pesan bahwa dimana orang mencintai orang lain, maka dia akan dicintai juga.
Dijelaskan juga semangat liturgi dari ritus persiapan Ekaristi sampai dengan ritus penutup. Juga fungsi kelompok tata tertib, komentator, lektor, pemazmur, misdinar, organis, dirigen, koor, sampai prodiakon.
Pada sesi kedua, Romo Gandhi memberikan materi tentang pelayanan yang murah hati. Murah hati mutlak diiringi dengan tindakan yang diiringi kerelaan dan ketulusan. Pelayanan yang murah hati tidak mungkin tanpa sebuah tindakan. Murah hati tidak pernah memikirkan keuntungan pribadi, take and give.
Dalam pelayanan pada jaman sekarang dituntut untuk menghadirkan Allah yang berbelas kasih. Kesetiaan Allah tidak tergantung oleh orang-orang yang dikasihi-Nya. Pelayanan yang murah hati adalah pemberian secara total.
Pelayan yang murah hati juga nampak dalam Mazmur 5 : 7, “Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan.” Kemurahan hati Allah adalah kasih sayang yang memelihara, menyayangi, mengampuni dengan penuh kelembutan, pengertian, dan kesetiaan. Kasih kita yang penuh keterbatasan lama kelamaan bisa menjadi kasih yang agape. Allah itu setia dan baik, tidak tergantung kepada tanggapan dari orang-orang yang dikasihi-Nya. Semakin kita menghindari sesuatu dan tidak melakukannya, semakin kita membuang cinta kasih Allah.
Semakin kita mencoba melakukan hal-hal yang sebelumnya kita hindari karena malas, di situlah kita mendapatkan cinta yang luar biasa. Allah tetap memberikan kasih-Nya walaupun kita berdosa dan berdosa lagi.
Pelayanan kepada umat harus dilaksanakan dengan gembira. Pelayanan yang murah hati adalah pelayanan sebagai hamba. Dalam konteks kitab suci, seorang pelayan adalah budak. Yang ada hanyalah kewajiban, tanpa hak, tidak ada kuasa sama sekali. Hidup hanya demi Tuannya. Cirinya: pelayan (budak) melakukan pelayanan tidak dengan cara terpaksa, melainkan sukarela. Tidak mencari keuntungan diri sendiri tapi betul-betul mengabdi, dan juga memberi teladan. Motivasi dalam pelayanan mungkin awalnya ingin tampil, cari jodoh dll. Tidak apaapa.
Semoga dalam perjalanan waktu, motivasi itu akan dimurnikan oleh Tuhan Yesus sendiri menjadi motivasi pelayanan yang sungguh melayani. Semoga para pelayan liturgi di St. Martinus bisa memberi teladan kepada seluruh umat. Amin.