Mazmur ini berbicara tentang misteri MAllah yang mahatahu (omniscient). Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah Mahatahu ini: proses terjadinya manusia, hati sanubari manusia. Semua hal ini terungkap dalam judul mazmur, “Doa di hadapan Allah yang mahatahu”. Mazmur ini cukup panjang: 24 ayat. Untuk memahami dan menikmatinya, saya membagi Mazmur ini menjadi empat bagian: I: ay 1-6; II: ay 7-12; III: ay 13-16; IV: 17-24.
Dalam bagian pertama, pemazmur melukiskan misteri pengetahuan Allah yang mahatahu. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah menyangkut hidup dan keberadaan manusia. Tuhan mengenal diri pemazmur (ay. 1), luar dan dalam (ay. 2-3). Apa saja yang dilakukan manusia, semuanya diketahui Allah (duduk, berdiri, berjalan, berbaring). Pikirannya (ay. 2b), perkataannya (ay. 4). Di hadapan Allah, manusia serba “terbuka” (telanjang) (ay. 5). Tatkala manusia merenungkan hal itu, akhirnya ia sampai pada satu simpulan bahwa pengetahuan yang teliti itu adalah sesuatu yang sangat ajaib, yang tidak dapat dijangkau dan dipahami oleh manusia (ay. 6).
Di hadapan-Nya, tidak ada lagi tempat tersembunyi bagi Allah, di mana manusia dapat berada seakan-akan jauh dari Allah (ay. 7-8). Allah serba hadir (ada) di mana-mana (omnipresent). Allah ada di surga, di dunia orang mati (syeol; ay. 8), juga di ujung bumi (ujung laut, ay. 9). Dalam relung dan tubir kegelapan, Allah juga hadir (ay. 11). Dengan kehadiran-Nya, kegelapan diubah menjadi terang (ay. 12). Tuhan senantiasa hadir dan ada di mana-mana. Tuhan selalu menuntun manusia, di mana pun mereka berada.
Sedemikian ajaibnya pengetahuan Allah sehingga Ia bahkan mengetahui relung misteri awal mula terjadinya manusia (ay. 13). Tuhanlah yang menciptakan jejaring otot hidup dalam rahim ibu. Allah sebagai tukang tenun yang menenun jejaring otot manusia. Proses awal munculnya hidup manusia merupakan keajaiban yang luar biasa mengagumkan (ay. 14b), yang disadari oleh jiwa pemazmur (14c) sehingga manusia pun mengucapkan syukur atas keajaiban itu (ay. 14a). Proses terjadinya tulang-tulang dalam rahim pun diketahui Allah.
Tidak ada yang tersembunyi baginya (ay. 15). Semua proses itu, diketahui Allah dan dicatat semuanya dalam buku kehidupan (ay. 16).
Setelah pemazmur merenungkan dan memahami semuanya, ia berkesimpulan bahwa pikirannya tidak sanggup memahaminya (ay. 17). Misteri pikiran Allah tidak terselami akal manusia, seperti jumlah pasir di laut yang tidak terhitung manusia (ay. 18). Di hadapan Allah yang mahatahu, sesungguhnya semua upaya manusia melawan Allah sia-sia belaka (ay. 19).
Dalam ayat 19, terkandung sebuah permohonan agar pemazmur dijauhkan dari orang fasik dan penumpah darah. Tetapi hendaklah disadari bahwa penistaan terhadap Allah, juga penyangkalan akan Allah (ateisme), yang dilakukan orang fasik, semuanya sia-sia belaka (ay. 20). Semuanya tidak akan berhasil.
Pemazmur mencoba hidup suci, menjauhi orang fasik, membenci mereka yang membenci dan melawan Tuhan (ay. 21). Pemazmur juga menegaskan bahwa dirinya tidak suka akan orang fasik. Ia sangat membenci orang fasik dan kefasikan (ay. 22).
Di bagian akhir mazmur ini pemazmur menegaskan kesucian dan kesalehan hidupnya dengan meminta kepada Allah agar Ia menyelidiki dan mengenal relung hatinya. Pemazmur mau menegaskan di hadapan Allah betapa ia berusaha hidup suci, jalan hidupnya lurus (tidak bengkang-bengkong, ay. 23).
Akhirnya, pemazmur memohon kepada Allah agar Ia menuntun di jalan kekal (ay. 24). Hal ini penting, agar manusia tidak menyimpang dari jalan Allah, jalan lurus, yang terarah kepada hidup abadi, hidup kekal bersama Allah.