BcE. Yeh. 33 : 7 – 9 ; Rm. 13 : 8 – 10 ; Mat. 18 : 15 – 20
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini, sangat menarik untuk kita renungkan. Dalam bacaan pertama (Yeh. 33 : 7 – 9), Allah memilih dan menetapkan nabi Yehezkiel sebagai “penjaga” bagi kaum Israel. Ia bertugas untuk mengingatkan setiap pribadi bangsa Israel supaya teguh dalam mendengarkan dan melaksanakan firman Allah. Tugas yang berat.
Apabila nabi Yehezkiel tidak memperingatkan/menegur seseorang yang berbuat kejahatan, sehingga orang tersebut mati dalam kejahatannya, maka nabi Yehezkiel-lah yang harus bertanggungjawab atas nyawa orang tersebut kepada Allah.
Dalam bacaan Injil (Mat. 18 : 15 – 20), Yesus memberikan solusi baru bagi kita tentang cara memperlakukan sesama yang berbuat kesalahan/dosa. Yesus “memilih” cara-cara yang persuasif, seperti: Pertama, menegurnya secara personal / “di bawah empat mata”. Kedua, membawa persoalan tersebut kepada jemaat, agar jemaat yang menegur orang yang berdosa tersebut. Ketiga, jika orang tersebut tidak juga mau mendengar teguran jemaat, maka kita hendaknya memandangnya sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Dari kedua bacaan tersebut di atas, apa yang bisa kita pelajari? Pertama, Yesus mengajar kita bahwa relasi dengan Allah tidak bisa dilepaskan dari relasi kita dengan sesama. Bahwa “apa yang kita lakukan terhadap sesama, berarti kita lakukan juga terhadap Allah sendiri, sebab di dalam pribadi setiap manusia terdapat gambaran Allah sendiri.
Kedua, Yesus mau menegaskan bahwa Allah kita adalah Allah yang Maha Rahim dan Maha Pengampun. Maka sudah sepantasnya, kita pun harus mengedepankan semangat pengampunan dan pertobatan kepada sesama yang melakukan kesalahan.