Belum lama ini ada perhelatan besar Orang Muda Katolik Asia (Asian Youth Day) yang ke-7 yang diadakan pada 30 Juli-6 Agustus 2017. Dalam perjumpaan Orang Muda yang rutin diselenggarakan tiga tahunan, kali ini Gereja Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara. Ada 3000-an lebih peserta dari Indonesia dan 920 peserta dari negara-negara lain di Asia.
Menjawab Realitas
Menurut pengamatan dan refleksi atas gambaran Gereja Asia, konferensi Uskup-Uskup Asia (FABC pada tahun 1974) melihat bahwa ada 3 bagian realitas kehidupan menggereja di Asia ini: Kemiskinan yang melekat pada kehidupan sosial, multikulturalisme: keragaman budaya dan kekayaan budaya lokal, dan juga dialog antar agama (inter-religious). Menjawab kondisi ini dan juga atas dasar semangat Gereja Universal yang menurut Paus Fransiskus harus ditandai dengan Kegembiraan dan Sukacita Injili maka tema yang diangkat oleh AYD 2017 ini adalah: Joyful Asia Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia.
Upaya mengalami sendiri bagaimana Gereja Nusantara Indonesia sebagai “laboratorium mini” sebagai kekayaan realitas itu maka para peserta dari beberapa negara itu tinggal juga mengalami hari-hari untuk tinggal bersama (live in) di sebelas keuskupan yang dipercayakan. Selama tiga hari (30 Juli-2 Agustus 2017), mereka tinggal paroki paroki di Keuskupan Bandung. Rm Gandhi sebagai koordinator Komisi Kepemudaan, mengatakan bahwa: Keuskupan Bandung mendapat kesempatan untuk menerima utusan dari Orang Muda dari Taiwan dan Timor Leste. Mereka semua mengalami tinggal bersama di paroki-paroki di Cirebon dan Cigugur (Kuningan). Kebersamaan dan juga apresiasi terhadap kekayaan budaya itu sangat dirasakan oleh peserta-peserta, baik dari dalam Keuskupan maupun peserta tamu dari negara lain.