Syalom aleikhem. Teknologi masa kini berkembang amat pesat. Salah satu bagiannya adalah teknologi informasi. Gadget salah satu hasilnya. Banyak hal positif dihasilkan. Contohnya, (1) gadget membuat pekerjaan lebih efektif dan efisien, (2) informasi dan komunikasi lebih mudah dan cepat. Namun, tak sedikit pula hal negatif akibat penggunaan gadget.
Apakah Alkitab bicara tentang teknologi? Alkitab tidak bicara. Keadaan pada zaman penulis Alkitab berbeda dengan zaman kita. Maka, tidak ada nas langsung tentang teknologi di dalam Alkitab. Juga tidak ada pembicaraan tentang dampaknya secara langsung. Namun, kita dapat mengangkat kisah menara Babel (Kej. 11:1-9) untuk merenungkan dampaknya. Kisah ini tersusun atas dua bagian: (1) manusia bertindak dan berbicara (ay. 1-4); (2) Allah bertindak dan berbicara (ay. 5-9).
Mencari Nama
Apa artinya “seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya”? Itu mengacu pada bahasa pengantar zaman kuno. Itulah bahasa orang Babel. Sebab, waktu itu Babel penguasa dunia. Kerajaan Babel mewajibkan dan memaksakan penggunaan bahasa Babel.
Rencana pembangunan itu sendiri bukan dosa. Namun, niat di balik rencana dapat dinilai sebagai dosa melawan petunjuk Allah. Niat itu berbunyi (ay. 4): “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” Terlihat dua niat. Pertama, “marilah kita cari nama.” Mereka ingin mencari kemuliaan dan keagungan bagi nama mereka. Karya megah dibangun bukan untuk memuliakan Allah, melainkan untuk mengabadikan nama sendiri. Itu kesombongan yang melampaui batas-batas yang ditetapkan oleh Allah. Teknologi pembangunan yang hebat menjadi pangkal kesombongan. Padahal, kenyataannya manusia tetap terbatas. Kedua, “kita jangan terserak ke seluruh bumi.” Mereka tidak ingin memenuhi bumi seperti yang diperintahkan Allah (Kej. 1:28; 9:1). Perintah Allah itu mereka pandang sebagai ancaman. Kalau terpisah, nanti tidak ada lagi kesatuan bahasa yang mengikat satu sama lain. Padahal, bermacam-macam bahasa dan penyebaran umat manusia ke seluruh bumi adalah perintah Allah. Meski ada pelanggaran sedemikian, Allah tidak membinasakan mereka yang merencanakan dan membangun kota dengan menara. Allah membuat mereka terserak ke seluruh bumi. Bahasa mereka pun dikacaukan-Nya. Alhasil, mereka tidak mengerti bahasa masing-masing. Tamat sudah kesombongan mereka. Itulah asal-usul nama Babel, karena di situ bahasa seluruh bumi dikacaubalaukan dan dari situ manusia diserakkan oleh Allah ke seluruh bumi. Nama Babel berasal dari kata kerja Ibrani balal yang artinya ‘mengacaukan’.
Nilai yang Dipetik
Berikut ini nilai injili dari kisah menara Babel terkait dengan teknologi dewasa ini. Pertama, manusia diajar untuk tidak menciptakan dan menggunakan teknologi demi mencari nama sendiri. Teknologi harus dibangun dan dipakai untuk memuliakan nama Allah, bukan untuk memuliakan nama sendiri. Allah dimuliakan ketika teknologi, terutama teknologi informasi, dipakai untuk menyebarkan Sabda Allah. Jadi, teknologi jangan dipakai hanya untuk menampilkan foto-video-aktivitas diri, apalagi untuk menyebarkan gosip, fitnah, dan kebencian. Kedua, manusia tidak berhak sombong karena kemajuan teknologi. Sebab, prestasi itu bukan hasil usaha manusia saja, melainkan juga anugerah Allah.