Doa Umat adalah penutup/unsur terakhir dalam Liturgi Sabda dan merupakan tanggapan umat atas Sabda Allah yang hendak mendoakan semua orang. Ada 2 istilah bahasa Latin (dalam buku Missale Romanum), yaitu Oratio Universalis (Doa Umum) dan Oratio Fidelium (Doa Umat). Tata Perayaan Ekaristi kita menggunakan istilah Doa Umat.
Karena isinya aneka permohonan Umat, maka sering juga disebut Doa Permohonan. Pada umumnya, Doa Umat disusun sebagai berikut: (a) Untuk kepentingan Gereja; (b) Untuk pemerintahan negara dan keselamatan dunia; (c) Untuk mereka yang sedang menderita oleh berbagai kesulitan, dan (d) Untuk umat setempat. Pada perayaan khusus (misalnya Sakramen Krisma, Perkawinan, atau Misa Arwah), ujud-ujud doanya dapat lebih dikaitkan dengan peristiwa khusus tersebut. Dalam Doa Umat, umat sedang menunjukkan martabat imamat-nya, sebab saat itu umat terlibat mendoakan orang lain.
Beberapa hal yang menjadi panduan jika kita ingin menyusun Doa Umat di dalam Misa: (1) Doa Umat bukanlah doa pribadi, maka perlu diperhatikan aspek-aspek yang membangun terciptanya unsur kebersamaan; (2) Isi Doa Umat harus memiliki kaitan dengan isi/tema bacaan Kitab Suci yang dipakai dalam Misa; (3) Saat mendoakan Gereja sendiri, sesuaikan dengan situasi atau kebutuhan umat Paroki, kaitkan dengan misteri/tema yang sedang dirayakan; (4) Jangan bernada kateketis, dogmatis, atau memuat ajaran moral yang menggurui; (5) Disusun dalam gaya bahasa yang singkat padat, tidak menjemukan; (6)
Ditujukan kepada Allah Bapa, namun bukan dalam bentuk doa yang menyapa langsung seperti “Ya Tuhan…” atau “Ya Bapa…” Awalilah dengan untuk siapa doa itu ditujukan, misalnya “Bagi Gereja“…..”Bagi Bangsa dan Negara kita,” lanjutkan dengan isi doanya, diawali kata semoga, contoh “Semoga Allah senantiasa menuntun Gereja untuk menjadi terang bagi dunia…”
Walaupun tidak termasuk dalam doa presidensial (oleh imam), Doa Umat dipimpin oleh Imam yang berdiri dari tempat duduknya. Imam membuka Doa Umat dengan mengajak umat berdoa (Ia bukan berdoa, tetapi mengajak untuk berdoa, memohon kepada Allah), dan menutupnya dengan doa sambil merentangkan kedua tangannya. Dalam Pedoman Umum Missale Romawi (PUMR) 71 dituliskan bahwa ujud-ujud doa dibawakan dari mimbar atau tempat lain yang sesuai, baik oleh diakon, solis, lektor, atau oleh umat awam lainnya.
Sebelum menuju mimbar, petugas pembaca Doa Umat membungkuk menghormati altar. Selama Doa Umat dibacakan, umat berdiri, melibatkan diri, dan menyatukan hati. Di akhir setiap ujud doa, umat menyerukan bagian kalimat umat sebagai permohonan kepada Allah agar ujud doanya didengarkan dan dikabulkan.