Agaknya ayat ini pas diberikan untuk seorang Sr. Sisilia Rizky Indriani, MC, anak ketiga dan putri kedua dari keluarga Bapak F.X. Priyo Budisantoso dan Bu Irene Mirna. Sebagian besar dari kita tentu masih ingat dengan keluarga ini. Mereka dahulu menjadi warga St. Cecilia, sebelum akhirnya Sisil memilih jalan hidup sebagai seorang Suster, dan Pak Priyo pindah ke Yogyakarta.
Sr. Sisil berkarya di Roma. 5 tahun yang lalu, dia menjalani transplantasi ginjal (dari Sr. Ceci Carranca, MC) setelah lebih dari 1 tahun menjalani cuci darah. Pasca transplantasi adalah rahmat hidup yang sangat disyukurinya. Semangatnya lebih besar, kegembiraan dan keceriaan lebih terpancar dari wajahnya. Lewat sakit dan penyakit yang diderita, ia merasa itulah cara Tuhan mendidiknya untuk menjadi seorang suster yang ramah dan rendah hati. Salib Kecilku, salah satu lagu yang ia ciptakan pada 2004, dirasa sebagai itenary hidupnya.
Sekitar Mei/Juni 2017, ia menunjukkan keletihan dan rasa badan tidak enak. Tanggal 16 Juni 2017, dia masuk ke R.S. Gemelli di Roma. Setelah serangkaian pemeriksaan, ditemukan bahwa Sr. Sisil menderita kanker lymphoma yang agresif yang melahirkan leukeumia. Kondisinya menurun dengan drastis. 17 Juli dia dimasukkan ke ICU, dan pada tanggal 28 Juli pukul 18.45 waktu Roma (23.45 WIB), dengan ditunggui kedua orang tua dan kakaknya, Madre Martha (Pimpinan Umum) dan beberapa suster dari komunitas, Sr. Sisil menyerahkan hidupnya kepada Bapa. Tubuhnya sudah tidak merespon segala pengobatan yang diberikan. Senin, 31 Juli, dia dimakamkan di Roma.
Sebuah Misa Arwah dipersembahkan baginya, di Rumah Doa Maria Guadalupe – Duren Sawit Jakarta, 12 Agustus 2017. Jumlah peserta Misa menunjukkan siapa dia yang sudah menginspirasi begitu banyak orang. Koor dadakan yang terdiri dari 12 orang Concordia, 12 orang Lucretia, danbeberapa dari Laurentius Alam Sutra dengan dirigen Benny, menambah syahdu sore itu.
Misa dipersembahkan secara konselebrasi: Rm. Harimanto, Rm. Wiryono, Rm. Tomi dengan Mgr. Anton sebagai Selebran Utama. Sisil punya rencana besar, visi misi hidupnya begitu mantap. Keputusannya untuk membiara, tidak mampu ditahan oleh siapapun. Itulah kesaksian Agnes, kakaknya.
Sisil, yang arti namanya ialah seorang wanita cantik yang setia melayani dan menjadi berkat bagi banyak orang melalui hidupnya, pergi dalam kemenangan imannya dalam Kristus.
Menurut Mgr. Anton, Sr. Sisil mencoba hidup sebagai orang yang terberkati, dalam hidup yang nyata. Dalam sakitnya sekalipun, ia berusaha menghibur setiap orang. Ia kini sudah menjadi kudus, dan menjadi pendoa kita. Requiescat In Pace, Sr. Sisil…
