BcE. Yes. 25 : 6 – 10a ; Flp. 4 : 12 – 14 . 19 – 20 ; Mat. 22 : 1 – 14
Bacaan pertama (Yes. 25 : 6 -10a) maupun bacaan Injil (Mat. 22 : 1 – 14) Minggu ini, semuanya berbicara tentang perjamuan. Dapat dipastikan, itu berasal dari kisah-kisah rakyat dunia barat kuno. Biasanya, perjamuan diadakan oleh raja ketika meraih kemenangan dalam sebuah pertempuran.
Dalam kitabnya, nabi Yesaya menyebutkan bahwa Tuhan semesta alam akan mengadakan perjamuan besar di gunung Sion dan semua bangsa diundang untuk menghadirinya. Ini menyangkut gambaran keselamatan yang ditawarkan oleh Allah kepada segala bangsa. Keselamatan, bukan sekedar bersatunya manusia dengan Allah dalam perjamuan tersebut, tetapi juga kehancuran maut oleh Allah.
Dalam bacaan Injil (Mat. 22 :1 – 14), Yesus mengisahkan perumpamaan tentang perjamuan kawin, penggambaran kehidupan yang ada dalam Kerajaan Surga. Yesus menggambarkan raja dan anaknya sebagai pribadi yang mewakili Allah Bapa bersama dengan Yesus, Sang Putera. Allah Bapa mengadakan perjamuan. Undangan disebar melalui utusan Allah, yakni para nabi, pertama-tama bagi bangsa Israel. Sayangnya, mereka tidak menanggapi, bahkan ada yang menangkap para utusan itu, menyiksanya, dan menyingkirkannya. Allah pun kecewa. Akhirnya Allah mengirimkan pasukan-Nya dan menghancurkan para pembunuh dan kota mereka.
Menarik juga bahwa ternyata, mendapatkan undangan saja, bukanlah jaminan mutlak untuk masuk dalam ruang perjamuan. Setiap tamu undangan diwajibkan juga untuk mengenakan pakaian pesta yang pantas dan layak.
Sebagai orang kristiani, kita wajib untuk menanggapi tawaran keselamatan dari Allah melalui Yesus, Sang Putera. Namun kita pun harus menyiapkan diri kita sebaik mungkin, agar ketika perjamuan Surgawi sudah dimulai, kita pun pantas dan layak untuk ikut serta dalam perjamuan itu. Selamat merenungkan!